Pipa Bocor, Pantai Utara Tercemar
PEDES, RAKA – Bau menyengat minyak mentah tercium ketika menghampiri Pantai Betokmati, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes.
Ceceran minyak mentah tersebut diduga berasal dari pengeboran sumur baru Pertamina PHE ONWJ.
Kejadian ini bermula pada 12 Juli 2019 pukul 01.30 WIB terjadi gas release di lokasi YYA-1 Platform atau pemboran sumur baru 7 mil laut dari arah Ciparage, Kecamatan Tempuran, ditandai dengan munculnya gelembung di sekitar YYA-1 Platform. Kemudian, pada 16 Juli 2019, selain gelembung gas mulai terlihat adanya oil sheen disekitar YYA platform. Hingga, Senin (22/7), gelembung gas dan oil sheen masih muncul di sekitaran YYA-1 Platform. Kebocoran minyak Pertamina ini, berdampak besar pada warga di pesisir Pantai Betokmati, Sungaibuntu, Cemarajaya sampai Sedari.
Herman (50), pemilik tambak seluas 4 hektare di pesisir pantai Dusun Singamanuk, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes mengatakan, ikan dan udang peliharaannya ludes tercemar limbah. Ikan bandeng, udang bago dan udang peci yang baru satu minggu ditertnak semuanya mati. “Modal awal itu sampai Rp30 juta, kalau sudah panen hasilnya bisa sampai Rp80 juta,” katanya, kemarin.
Ketua RT 02/01 Cemarajaya 1 Endi Suhendi mengatakan, ceceran minyak ini berdampak negatif bagi kehidupan warga pesisir pantai. Saat ini, warga mulai membersihkan ceceran minyak agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar. “Ini baru pertama kali ikut kerja bersih-bersih limbah yang ada di pesisir, dengan upah satu hari Rp100ribu,” katanya.
Tokoh pemuda Cemarajaya Karda, warga Cemara 2, Desa Cemarajaya mengatakan, kejadian seperti ini bukan yang pertama kali. Dia berharap kejadian ini tidak terulang kembali, agar tidak merugikan kepada para nelayan maupun warga setempat. “Dampak dari limbah tersebut itu ke tambak juga,” ucapnya.
Penggiat lingkungan, Wanusuki mengatakan, kebocoran Pertamina yang terjadi di Dusun Tengkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, bukan kesengajaan, tapi karena faktor alam. Ada rembesan yang terpisah dari pipa sehingga terjadi kebocoran, maka terjadilah penggelembungan. Pihaknya mengaku jarak limbah sampai saat ini 45 KM dari Desa Cemarajaya, Sedari dan Tambaksari. “Sampai saat ini dampaknya masih kotor, tapi kalau yang lain belum ada,” tuturnya, melalui telpon.
Menurutnya, pengalaman 2011 di Cemarajaya pernah terjadi dampaknya tidak begitu signifikan seperti terjadi peristiwa yang sama di Tambaksari itu tidak ada rumput laut yang mati, hanya kotor saja, ikan bandeng kecil maupun besar, termasuk rajungan juga tidak mati. Wanusiki berharap, Pertamina maupun warga bersama-sama menanggulangi masalah ini. “Saat ini kita sama-sama kerja, kerja dan kerja nanti pemberdayaan ada waktunya,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sungaibuntu Asep Rahman, baru tahu ada kebocoran minyak Pertamina. Saat ini pihak pertamina akan melibatkan nelayan untuk bersih-bersih limbah dan warga yang merasa dirugikan atas dampak kebocoran perusahan Pertamina akan mendapatkam ganti rugi oleh Pertamina, asalkan ada bukti kerugian. “Saya belum tahu informasi apa-apa, saya baru tahu sekarang,” ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan dan Kebersihan (DLHK) Karawang Wawan Setiawan mengatakan, pihaknya tidak berwenang menangani tumpahan minyak di pesisir Karawang. Upaya yang dilakukan hanya melokalisir ceceran minyak tersebut hingga tidak menyebar lebih luas lagi. “Kami libatkan kader lingkungan dan masyarakat sekitar untuk membantu melokalisir ceceran minyak di sekitar pantai yang sudah tercemar. Selanjutnya untuk penanganannya kebocoran tersebut urusan pemerintah provinsi,” singkatnya.
Secara terpisah, PT Pertamina (Persero) berjanji akan mengutamakan penanganan masalah lingkungan, dalam menghadapi kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ). Pertamina sudah berupaya mencegah kerusakan lingkungan dengan mengerahkan 27 kapal dan alat penangkap tumpahan minyak (Oil Boom) di perairan Pantai Utara Jawa, Karawang Jawa Barat.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan sejauh ini penggunaan oil boom dinilai cukup efektif sehingga sebarannya tidak meluas. “Yang masuk ke luat sudah (ada) langsung kita sapu dengan oil boom. Sangat (efektif),” tuturnya.
Menurutnya, Pertamina terus melakukan penanganan gelembung gas di sumur pengembangan tersebut, termasuk mengantisipasi hal yang lebih buruk terjadi. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan penanganan memang terus dilakukan guna mencegah penyemaran. “Menahan pencemaran, sama persiapan survei melaksanakan menutup kebocoran, baru nanti mengembalikan anjungan,” ujarnya. Dia mengatakan, hingga kini baru ada satu sumur yang ditutup. (cr4/asy/vir)