Si Pengerat Bikin Pusing
Modal Tani Rp7 Juta Ludes
RAWAMERTA, RAKA – Bagi Densus 88, teroris adalah musuh utama yang mesti diringkus hingga ke akar-akaranya. Tapi bagi petani, tikus adalah satu dari berbagai macam musuh yang harus dibasmi.
Si pengerat yang diidentikan dengan koruptur itupun kerap bikin petani pusing tujuh keliling. Apalagi jika benih padi yang sudah disemai ini dirusak dan habis dimakan tikus. Atau saat akan panen, dilumat tikus.
Seperti yang dialami petani di Kecamatan Rawamerta belum lama ini. Mereka terpaksa menanam ulang benih padi setelah rusak diserang tikus. Akibatnya, petani harus mengeluarkan modal lagi untuk menebar ulang benih. Petani Desa Sukamerta, Naman (54) mengatakan, serangan hama tikus sudah merusak persemaian padi yang belum ditandur. Tidak itu saja, cuaca lembab mengakibatkan Oraganisme Penggangu Tanaman (OPT) juga mulai migrasi, seperti penggerek dan hama wereng. Serangan ini, membuat tanaman mati membusuk dan kuning, karenanya modal yang sudah dikeluarkan untuk benih dan modal lainnya harus direlakan lenyap begitu saja. “Modal sudah banyak, tapi faktor alam tidak memungkinkan pertanaman mulus akibat hama, yang ada kita pasrah,” ujarnya kepada Radar Karawang.
Bertani, sambung Naman, merupakan satu-satunya usaha yang bisa dilakukannya. Sehingga diserang hama berkali-kali sampai tanam ulang ini dilakukan sudah menjadi resiko petani. Betapapun, modal bertani sekitar Rp7 juta per hektare hasil pinjaman, namun ia tetap berusaha peruntungannya dengan kembali menanam padi. “Modal diawal sudah gak ada, tiga kali tanam gagal terus. Terpaksa kita mulai lagi walaupun harus pinjam sana-sini,” ucapnya.
Beda lagi dengan Rasim (42), sawah garapannya yang baru berusia sekitar dua minggu telah menguning diserang hama wereng. Melihat kondisi tanaman padinya, nampak jelas sudah tidak bisa diobati. Satu-satunya cara yaitu dengan melakukan tanam ulang. Ia mengaku, tanaman padinya yang lalu diserang hama tikus ketika sudah berusia 2,5 bulan, dan terpaksa dibiarkan karena merasa jengkel, karena di pastikan gagal panen. Bahkan, dirinya harus puas memanen sisa padi serangan hama tikus. “Kemarin tikus, sekarang wereng, bingung,” keluhnya.
Hal sama dikatakan pemilik sawah, Maman, area pesawahan yang ia miliki berdekatan dengan sawah garapan Rasim di perbatasan Desa Kutawargi dan Desa Sarijaya, namun hampir merasakan nasib yang sama. Meski terkena serangan hama wereng, namun sawah miliknya tak terlalu parah. “Kalau misalkan telat beri obat, bisa jadi punya saya juga habis semua,” ujarnya.
Petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Rawamerta Wahyu Abdul Aziz mengatakan, setelah banyak upaya dilakukan untuk memberantas hama tikus, para petani terpaksa memilih kembali melakukan tanam. Karena, tikus yang sudah merusak daun dan akar tanaman, tidak memungkinkan padi tumbuh sempurna sampai panen. “Intinya para petani tetap wasapada akan serangan hama. Lebih baik lakukan pencegahan terlebih dahulu sebelum hama mulai menyerang,” pesannya. (rok)