Tanah Sawah Keras Seperti Batu
CIBUAYA, RAKA – Puluhan hektare tanah sawah di Dusun Pulo 1 dan Cikuek Desa Jayamulya Kecamatan Cibuaya jadi nyaris sekeras batu. Petani disana pesimis bisa menanami sawahnya jika tidak dilembekan dulu dengan air.
“Tanah sawah kami sekarang retak-retak dan sulit untuk dicangkuli. Kami berharap Dinas Pertanian mengupayakan solusi supaya sawah kami bisa dimasuki air,” ucap Soleh (48) petani Desa Jayamulya, Senin (15/10). Padahal saat ini Soleh sudah melakukan pembibitan bahkan sudah berumur 2 minggu, sehingga membuatnya bingung harus diapakan bibit padinya yang sudah tumbuh.
Sekdes Jayamulya Carwadi dikonfirmasi perihal sawah kering di wilayahnya mengatakan sedikitnya 50 hektare sawah di Dusun Pulo 1 dan Cikuek kering dan tidak bisa ditanami dari total 425 hektare sawah di desanya. Hal tersebut diakibatkan adanya penyempitan dan pendangkalan saluran irigasi diwilayahnya sehingga airnya tidak mengalir sampai ke sawah. “Sudah tiga bulan sejak musim panen sawah disini kering. Padahal sebagian sawah sudah di traktor dan sebagian lainnya sudah ditanami padi,” katanya.
Pendangkalan dan penyempitan saluran air itu, lanjut Carwadi, diperparah rendahnya debit air dari saluran sekunder, akibat perubahan waktu tanam petani di wilayah Jayakerta. “Mereka seharusnya tanam pada bulan Juni, sesuai golongan 3 malah tanam bersamaan dengan petani di wilayahnya yang termasuk golongan 5, sehingga air berkurang ke wilayahnya. Meskipun minim debit airnya, jika dilakukan pengadukan atau normalisasi saluran air, mungkin air bisa sampai ke pesawahan warga,” ucapnya.
Selain Dinas pertanian, pihaknya meminta agar Dinas PUPR bertindak cepat melakukan normalisasi saluran sepanjang 3 km untuk mengantisipasi kekeringan. “Sudah waktunya dilakukan normalisasi, karena sudah lebih dari 5 tahun saluran ini belum dilakukan pengerukan,” tegasnya.
Masih dikatakan Carwadi, jika tidak segera dilakukan normalisasi dikhawatirkan jika musim hujan datang sawah malah terendam banjir akibat salurannya mengalami pendangkalan. “Normalisasi secepatnya harus dilakukan, karena selain bisa mengatasi kekeringan juga nanti di musim hujan mengurangi dampak banjir yang rutin menimpa petani disini,” tambahnya.
Ditempat terpisah Kepala Dinas Pertanian Hanafi Chaniago mengatakan penyuluhan setiap awal musim tanam sudah dilakukan. Namun memang ada program kementerian Luas Tambah Tanam (LTT). Tujuannya, agar setelah panen segera langsung olah tanah lagi. “Kita juga sudah menetapkan golongan air 1, 2 , 3, 4 dan 5. Kalau menanam tidak sesuai jadwal golongan air jadi terganggu golongan air yang lain. Jadinya, banyak juga tanaman yang tidak serempak,” ujarnya.
Akibatnya, kata Hanafi, berdampak juga terhadap serangan hama dan penyakit. Karena tidak terputusnya siklus hamanya tidak ada jeda habis panen. Tapi ini karena program pusat. “Kita akan coba laksanakan. Tapi tidak mengganggu jatah golongan air, dan kita juga mengimbau kepada petani agar penggunaan air yang lebih efisien dan hemat sesuai kebutuhan,” pungkasnya. (rok)