Derita Ojek Pangkalan: Berangkat Subuh, Pulang Sore, Ekonomi Melilit
RENGASDENGKLOK, RAKA – Tukang ojek berangkat pagi buta, pulang menjelang magrib, banting tulang demi menafkahi keluarga, walau hasilnya pas-pasan, bahkan harus pulang dengan kantong kosong. Encep (60) warga Kamiri, Kecamatan Jayakerta, sehari-hari menunggu penumpang di pangkalan ojek sekitar Pasar Rengasdengklok. Sudah tujuh tahun lamanya dia menggeluti profesinya itu. “Berangkat bada subuh, pulang jam 4 sore,” jelasnya kepada Radar Karawang.
Ia melanjutkan, motor yang dipakai ngojek pun adalah milik saudaranya, pasalnya lima bulan terakhir, Encep kena tipu sama orang tidak dikenal sehingga motornya hilang. Dia mengaku penghasilan tukang ojek tidak bisa ditentukan sebagimana kerja di pabrik yang sudah mempunyai gaji pokok. “Hasil ngojek mah buat makan aja susah, makanya keluarga juga acak-acakan,” katanya.
Menurtnya, sejak masyarakat banyak memiliki motor, jasa sewa ojek pun sepi, sehingga penghasilan yang didapat tidak seperti dulu. Disamping sepi pelanggan, Encep merasakan tingginya harga sembako membuatnya keteteran untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. “Terpenting sembako murah, (harganya) jangan terlalu ketat,” ujarnya.
Suryadi (46) warga Junti, Kecamatan Kutawaluya, mengaku sudah jadi tukang ojek di Pasar Rengasdengklok sejak tahun 1987. Lamanya pekerjaan yang dia geluti, Suryadi mengaku sudah beberapa kali mengganti motor. Menurutnya, dibanding dulu, penumpang saat ini tidak begitu ramai ditambah banyak yang berprofesi sebagai tukang ojek. “Ayeuna mah hampir ngarojeg kabeh, jadi rada susah,” jelasnya.
Ia melanjutkan, setiap hari sudah ada di pangkalan ojek mulai pukul 08:00 sampai pukul 18:00. Suryadi biasa bawa penumpang sampai daerah Sungaibuntu, Batujaya. “Penghasilan gak tentu, biasanya enam kali jalan,” katanya. (cr4)