Frustasi Lawan Tikus

Atim
RAWAMERTA, RAKA – Selain wereng, tikus menjadi musuh abadi petani. Keberadaannya sering membuat petani stres, karena padi yang sudah ditanam dengan susah payah bisa hancur seketika. Jika sudah begitu, gagal panen di depan mata.
Atim (70) warga Dusun Tamiang, Desa Purwamekar, Kecamatan Rawamerta, misalnya. Sudah dua kali tandur rusak diserang tikus. Menurutnya, sampai saat ini untuk biaya obat saja sudah menghabiskan Rp1,2 juta. Itupun masih utang di kios dusun setempat, belum lagi biaya traktor, tandur dan sebagainya. Atim mengungkapkan, sawah seluas setengah hektare bisa mendapatkan padi sebanyak dua ton lebih. “Kalau tidak dimakan tikus, hasilnya lumayan bisa sampai dua ton lebih,” katanya.
Sawah yang sekarang digarap Atim adalah milik orang lain, dia hanya petani penggarap. Dan hasilnya dibagi dua dengan pemilik sawah. “Akhirnya utang saya ke kios semakin besar. Soalnya mau bayar pakai apa, sedangkan panen saja gagal,” katanya. Purwanto, ketua kelompok Berkah Tani kewakilan Dusun Tamiang mengatakan, lebih dari satu minggu dirinya sudah mengajukan asuransi ke UPTD Pengelola Pertanian Rawamerta atas keluhan petani Dusun Tamiang, yang sawahnya habis dimakan tikus. Namun sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut dari UPTD Pertanian Rawamerta. “Dusun Tamiang saja hampir 60 hektare yang sudah dipastikan gagal panen,” katanya.
Purwanto menambahkan, tanaman padi yang habis dimakan tikus sudah sampai usia 70 hari, yang seharusnya sudah tumbuh padi. “Kalau kayak gini, petani saja sudah pasrah, soalnya tidak mungkin tertolong lagi,” katanya.
Asnawi, Pjs Kades Purwamekar memohon pertimbangan kepada Pemerintah Kabupaten Karawang, agar memaklumi jika Desa Purwamekar tidak bisa membayar Pajak Bumi dan Bangunan 100 persen, karena sawah garapan petani saat ini banyak yang kena hama tikus. “Saya mohon ke Bapenda agar mempertimbangkan bayaran PBB, khususnya petani yang sawahnya terkena hama tikus,” pungkasnya. (mra)