HEADLINE

Dewan Soroti TPA Cikolotok
-Pengelolaan Sampah tak Sesuai SOP

PURWAKARTA, RAKA – Anggota DPRD Kabupaten Purwakarta mengkritik penggelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikolotok.
Saat inspeksi mendadak ke TPA Cikolotok yang berada di Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan tersebut, para anggota dewan menemukan berbagai permasalahan.
Komisi III DPRD Purwakarta menilai pihak pengelola TPA Cikolotok tidak melakukan pengelolaan sampah sesuai standar operasional prosedur (SOP).
“Hari ini kita Komisi III didampingi Ketua DPRD Purwakarta sidak ke TPA Cikolotok, dan menemukan pengelolaan sampah di lokasi tidak sesuai SOP,” kata Ketua Komisi III DPRD Purwakarta Hidayat, di TPA Cikolotok, Selasa (26/7).
Hidayat mengatakan, pengelolaan sampah di TPA Cikolotok yang tidak sesuai SOP tersebut berimbas pada lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dia mengungkapkan, sidak yang dilakukan kemin untuk menindaklanjuti aduan dari masyarakat yang mengeluhkan air sungai di wilayah Desa Margasari tercemar cairan atau air lindi yang berasal dari sampah di TPA Cikolotok.
Dengan tercemarnya air sungai tersebut, berdampak pada hasil panen petani yang memanfaatkan air sungai untuk bercocok tanam di sawah.
Tidak hanya itu, warga pun tidak lagi berani menggunakan air sungai walau sekedar untuk mencuci tangan karena sudah tercemar. “Air lindih yang berasal dari sampah di TPA Cikolotok mengalir ke sungai hingga menyebabkan terjadinya pencemaran. Warga pun sudah tidak berani menggunakan air sungai bahkan warga air sungai saat ini berwarna hitam,” jelasnya.
Dalam penanganan sampah ini, pihaknya secara tegas meminta keseriusan dari pemerintah daerah. Menurutnya, tata kelola penanganan sampah harus dibuat tersistem. Misalnya untuk penanganan cemaran air lindi, pihaknya meminta supaya pemerintah membuat tempat khusus menampungnya.
“Selain tempat penampungan dan saluran untuk air lindi, bila perlu terlebih dahulu dibuat tanggul di sekitar sungai. Sehingga, air lindi tidak limpas ke sungai yang menjadi sumber air warga,” tandasnya.
Tidak hanya soal air lindih yang mencemari sungai, keberadaan ratusan sapi dan domba yang dilepasliarkan di tempat pembuangan sampah menjadi perhatian anggota dewan. Mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hewan ternak tersebut sengaja dibiarkan mencari makan dari sampah rumah tangga dan industri.
Pemandangan tersebut jelas menimbulkan kekhawatir tersendiri bagi jajarannya. Terutama, soal kesehatan hewan ternak. Apalagi, ternak itu setiap harinya mengkonsumsi sampah. Khawatirnya, ketika dipotong ada racun yang mengendap dalam daging hewan tersebut.
“Kata petugas di sini, hewan ternak itu memang sudah lama berada di lokasi pembuangan sampah. Jadi, sapi tersebut sengaja dilepasliarkan oleh pemiliknya. Ini sangat ironis,” jelas Hidayat.
Saat ini, yang terlintas dalam pikirannya hanya satu. Apakah daging hewan tersebut layak dikonsumi atau tidak. Apalagi, hewan ternak yang didominasi jenis sapi ini mengkonsumsi sampah rumah tangga dan industri. “Ya khawatir saja, bisa saja kan sapi dan domba itu memakan daun yang bercampur limbah B3,” selorohnya.
Terkait dengan apa yang dilihatnya itu, Hidayat menegaskan, akan segera memanggil pihak-pihak terkait di pemerintahan. Dia akan mempertanyakan seperti apa pengelolaan sampah di Cikolotok, termasuk apa yang menjadi kendalanya.
“Penanganan sampah, bagi kami sifatnya sudah sangat mendesak. Harusnya pemerintah segera mencari solusi, termasuk merancang anggaran untuk actionnya. Jangan sampah kondisi ini dibiarkan berlarut-larut,” tambah dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Purwakarta Irfan Suryana tak bisa membantah dengan apa yang dulihat oleh para anggota dewan ini.
“Kita akui belum ada tempat penampungan khusus air lindi, tapi kita sudah merancang untuk membuatnya termasuk membuat tanggul. Sehingga air lindi tidak limpas ke aliran sungai. Untuk saat ini, mungkin karena keterbatasan angggaran ya,” katanya.
Terkait keberadaan ternak di lokasi pembuangan sampah, pihaknya menegaskan, jika hewan ternak itu memang sengaja dilepasliarkan. Namun bukan milik warga sekitar melainkan warga dari luar kabupaten. “Sebenarnya kita sudah beberapa kali juga meminta para pemiliknya untuk tidak menggembalakan sapi di TPA. Tapi hanya beberapa saat saja permintaan kita digubris,” jelasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button