Uncategorized

Ojek Online Bersaudara

SEMUA BERSAUDARA: Para pengendara ojek online tampak kompak dengan seragam khasnya. Merasa senasib, sejalan, mereka memiliki ikatan persaudaraan.

Saling Sapa, Banyak Saudara

PURWASARI, RAKA – Setiap pekerjaan pasti mempunyai cerita tersendiri dalam menjalaninya. Begitu pula para pengendara ojek online (ojol), banyak suka maupun duka selama mengaspal di jalanan. Terlebih pada situasi pandemi corona seperti ini, dimana geliat ekonomi terasa lesu.

Egi Danu (28) menuturkan, telah dua tahun ini menjadi pengemudi ojek online yang telah menjadi pekerjaan utama baginya. Hal yang berkesan baginya adalah dapat bertemu dan mengenal banyak orang dengan karakter dan sifat yang berbeda. “Ada yang ramah, ada yang cuek, ada yang benar-benar baik,” ungkapnya.

Lebih dari itu, beberapa konsumen baginya tidak sekadar menyewa jasa, melainkan juga memberi motivasi. Ia menyadari penghasilannya tak menentu, tergantung jumlah konsumen yang didapatinya setiap hari. Namun dari para konsumen, dia bisa belajar bahwa masih ada pekerjaan yang lebih baik dan halal ketimbang mengemis atau malah mencuri. Pekerjaan tersebut salah satunya menjadi pengendara ojol. “Kita belajar untuk tetap di jalan yang seharusnya dalam mencari nafkah,” tutur pria yang juga ketua Ojol Cikampek Dauwan Distrik Purwasari.

Egi menceritakan, terkadang kerap ada oknum yang membuat orderan fiktif. Ia sempat telah belanja senilai Rp300 ribu namun tidak dibayar oleh konsumen. Meski demikian, anak dan istri menjadi motivasinya untuk tetap bekerja dengan semangat. “Saya positif thinking, rejeki Allah yang mengatur, mindset harus tetap dijaga dan berperilaku normal,” ujarnya dalam menyikapi dampak corona.

Pengendara ojek online lainnya, Abdul Muhyi (30) juga telah dua tahun menjalani profesi tersebut. Ia mengakui pilihan ini karena sulitnya mecari pekerjaan. Meski demikian dia bisa menikmati pekerjaan ini, karena memiliki waktu yang lebih leluasa. “Ini sudah jadi pekerjaan tetap,” ucapnya.

Muhyi mengatakan, hal yang berkesan baginya dalam menjalani pekerjaan ini adalah bertambahnya saudara. Sebab sesama pengendara ojol saling menjalin silaturhami satu sama lain, sekalipun berbeda perusahaan atau berbeda tongkrongan. “Yang penting pakai atribut, kalau gak pake atribut kan segan nyapanya juga,” tutur pria yang tinggal di Purwasari ini.

Ia tak menampik persaingan sesama ojol terbilang ketat, bahkan beberapa diantaranya sampai melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat orderan fiktif bagi ojol lain, dan kemudian memberi bintang rendah untuk menjatuhkan performanya. Menurutnya hal seperti ini kerap terjadi setiap hari, bahkan ia pun sering mengalaminya. Namun ia tidak terlalu mengambil pusing selama masih bisa dapat orderan. “Sekarang nih yang lagi pada ngalong (bekerja malam) usahain shareloc 8 jam, apalagi kan sekarang lagi rawan-rawannya pembegalan,” pesannya. (din)

Related Articles

Back to top button