PURWAKARTA

Diare pada Anak dan Pencegahannya

Dr. Lia Lesty Sitompul

PURWAKARTA,RAKA – Para orang tua pasti khawatir saat anak terkena diare. Bahkan tak sedikit pula orang tua langsung panik dan menuding berbagai hal sebagai biang keroknya.

Dr. Lia Lesty Sitompul menjelaskan tentang gejala diare pada anak. Menurutnya, selain lebih sering BAB dan mencret, diare bisa disertai dengan perut kembung, mual, muntah, demam, nyeri perut, dan lemas. Saat diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan sangat cepat. Hal ini dikarenakan saluran cerna sulit menyerap cairan dan elektrolit. “Diare yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan dehidrasi. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi. Dehidrasi berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, kerusakan otak, bahkan kematian,” ujar dokter jaga di klinik bersalin meliasari Purwakarta itu, Jumat (20/9).

Agar dapat segera ditangani sebelum terjadi dehidrasi berat, orang tua perlu mewaspadai tanda-tanda Dehidrasi pada anak yaitu, tampak lemas dan pucat, mata cekung, sangat kehausan. Mulut dan bibir kering, tubuh terasa dingin. Jumlah urine sedikit atau warnanya kuning pekat kecokelatan, saat menangis, air mata hanya sedikit atau tidak ada sama sekali. Mengantuk terus-menerus.

Mengingat kasus diare pada anak masih sangat banyak di Indonesia, Dr. Lia pun menyarankan kepada para orang tua untuk perlu melakukan langkah-langkah pencegahan yang efektif. “Diare pada anak dapat dicegah melalui beberapa cara, seperti menjaga kebersihan lingkungan, terutama sumber air minum. Pastikan air dan makanan yang dikonsumsi bersih dan matang. Membiasakan anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah buang air kecil atau buang air besar, juga setelah memegang benda kotor. Memberikan ASI pada anak berusia sampai 2 tahun untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Memberikan anak vaksin rotavirus,” jelasnya.

Ia menjelaskan, selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan electrolit (natrium, kalium, dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan kadar elektrolit ini tidak diganti.

Secara umum, kata dia, penyebaran diare biasa terjadi melalui infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti bakteri, virus, dan parasite. Biasanya menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Penyebaran bisa juga terjadi karena menurunnya daya tahan tubuh yang disebabkan kurangnya asupan ASI kepada bayi sampai 2 tahun atau lebih. Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit. Kurang gizi atau malnutrisi terutama anak yang gizi buruk akan mudah terkena diare. “Yang paling penting soal penyebaran diare adalah tergantung pada perilaku dan faktor lingkungan. Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utamanya dari kontaminasi air atau tinja yang berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat,” ujarnya. (ris)

Related Articles

Back to top button