KARAWANG, RAKA – Tak semua bayi diharapkan kelahirannya oleh orangtua. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada pasangan yang harus mempunyai bayi dalam status belum terikat pernikahan. Kasus bayi tak diharapkan orangtua banyak terjadi di Kabupaten Karawang. Nahasnya, bayi-bayi itu diperlakukan sembarangan sejak lahir. Banyak bayi merah langsung dibuang begitu saja. Ada bayi yang dibuang ke irigasi, ada yang dibuang ke semak-semak, ada pula yang ditaruh di kardus. Kejaiban kerap datang tak disangka. Bayi itu bertahan hidup sampai akhirnya ditemukan warga. Dalam catatan Radar Karawang, setidaknya sejak Januari 2020, sudah tujuh bayi yang kelahirannya tak diinginkan orangtua mereka. Simak catatannya.
Pertengahan Januari, tepatnya tanggal 16 sekitar pukul 07.00 WIB, salah satu warga yang tinggal di lingkungan Sungai Sarakan RT 16/06 Dusun Sarakan, Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya, Amo kaget bukan kepalang ketika matanya melihat sosok mayat Bayi mengambang di antara tumbuhan eceng gondok di pinggir Sungai Sarakan. Setelah dilakukan pemeriksaan, mayat bayi tersebut berjenis kelamin perempuan diperkirakan berumur tiga hari, saat ditemukan mayat tersebut dalam keadaan telungkup dengan kondisi tubuh terlihat putih pucat di atas sepotong kayu di antara eceng gondok, tidak jauh dari tempat tersebut terdapat ari ari korban.
Nasib nahas juga menimpa bayi yang ditemukan warga RT 03/01 Jatimulya, Kelurahan Mekarjati, Kecamatan Karawang Barat, di selokan areal perkebunan warga, sekitar pukul 13.00, 11 April. Awalnya, bayi tersebut disangka boneka oleh Sodikin Hasan, warga setempat. Namun setelah didekati ternyata sosok tubuh bayi yang mengapung.
Hal serupa juga terjadi di Dusun Krajan 1 RT 05/02, Desa Talagasari, Kecamatan Telagasari, Kamis 26 Mei. Bayi perempuan ditemukan sudah tidak bernyawa di irigasi. Selang empat hari kemudian, di Kampung Budeman Gempol, Dusun Sukawijaya RT 01/01, Desa Kertamulya, Kecamatan Pedes, Sabtu (30/5). Sesosok bayi ditemukan tidak bernyawa mengambang di saluran irigasi. Saat ditemukan, mayat bayi yang diduga baru lahir mengambang dalam posisi telungkup tanpa busana.
Bayi tak diinginkan lainnya terjadi di Bakan Tambun, Desa Pucung, Kecamatan Kotabaru, tanggal 2 Juni. Warga setempat dihebohkan dengan penemuan bayi yang dibuang orangtuanya di bantaran irigasi sekitar pukul 07.30. Terbaru, bayi perempuan yang baru lahir dibuang orangtuanya di perumahan Green Erfina Residence, Desa Cikampek Selatan, Kecamatan Cikampek, Selasa (3/11). Bayi tersebut ditemukan hanya berbalut selembar kain pada bangku di teras rumah milik Wintolo, Jalan Volga Nomor 18.
Psikolog, Elis Ratnawati mengatakan, banyak faktor yang membuat orang bisa berbuat demikian, mulai dari keadaan yang tertekan, keadaan lingkungan yang tidak mau menerima keberadaan anak ini, masalah ekonomi serta berada dalam guncangan jiwa, tetapi bukan gila. “Kasus ini memang kondisinya mengenaskan, sehingga kemungkinan orang yang melakukan ini karena dilatarbelakangi tertekan, keadaan lingkungan yang tidak mau menerima keberadaan anak ini, masalah ekonomi serta berada dalam guncangan jiwa, tetapi bukan gila,” jelas dia.
Lanjutnya, modus membuang anak dengan cara meninggalkan, biasnya orang itu, melakukan dengan jalan pintas kemudian menghilangkan jejak atau identitas. Ini untuk membuang rasa malu dengan lingkungan sekitar atas hubungan gelap serta frustasi. “Biasanya mereka lakukan dalam keadaan sadar. Namun kadang juga tidak sadar. Nanti selesai melakukan baru menyesal,” katanya. (psn/nt)