AMBIL SAMPEL AIR CITARUM: Petugas Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang sedang mengambil sampel air Sungai Citarum.
KARAWANG, RAKA – Peristiwa ikan mati di Sungai Citarum yang membuat geger sejumlah pihak beberapa waktu lalu, dijawab Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang Wawan Setiawan karena daya dukung sungai tersebut sudah melampaui batas. Hal ini disebabkan kualitas air melampaui baku mutu karena debit air sedikit, serta ada endapan akibat proses bilogi selama bertahun-tahun. Hal inilah yang membuat jumlah oksigen dalam air sedikit dan membuat ikan mati. “DLHK bersama Satgas Citarum dan pihak lain sepakat, jika kondisi air tersebut bukan karena tercemar. Tapi adanya pengerukan di Walahar, sehingga tidak ada air pengencer dari limbah-limbah domestik,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.
Ia melanjutkan, sampel air Sungai Citarum sudah diperiksa di laboratorium, hasilnya air dari perusahaan-perusahaan sesuai dengan baku mutu air. “Bahkan ada beberapa perusahaan yang tidak produksi. Jadi kalau (pencemaran) dari perusahaan tidak mungkin. Karena saat ini air sedang surut, perusahaan pasti akan takut membuang limbahnya ke Citarum,” ujarnya.
Wawan menyebutkan, saat ini ada 86 perusahaan yang outfallnya dibuang ke Daerah Aliran Sungai Citarum dan 32 di antaraanya langsung ke Citarum. Perusahan-perusahaan itu diantaranya pabrik tekstil, kertas, dan makanan. Sementara panjang aliran Citarum yang melintasi wilayah Kabupaten Karawang terdata 121 Km. Di sepanjang aliran sungai itu banyak juga saluran pembuangan limbah domestik. Dijelaskan Wawan, kualitas air Citarum dipastikan akan kembali sesuai standar jika ada suplai air dari Bendungan Walahar. “Penurunan kulaitas air yang terjadi saat ini akibat debit air sangat minim, sehingga air sungai menjadi lebih pekat,” katanya.
Sebelumnya, Ketua harian Satgas Citarum Harum Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamim mengatakan ada tiga kemungkinan hitam dan berbaunya air Sungai Citarum di Karawang. Pertama, ada proses sedimentasi sungai yang sudah bertahun-tahun naik ke atas permukaan ketika kondisi debit air sangat kurang. Kedua, dugaan adanya perusahaan nakal yang sengaja membuang limbah tanpa dilakukan pengolahan. Ketiga, akibat limbah rumah tangga. (nce)