KARAWANG

Dodol, Jeruk, Hingga Mie Panjang Umur

KARAWANG, RAKA – Selain melaksanakan ritual peribadatan, pada tahun baru Imlek ini sebagian besar warga Tionghoa juga menjadikan momen tersebut untuk berkumpul bersama keluarga, bersilaturahmi dan mengadakan pesta di rumah. “Sebelum Imlek juga ada zakat, ada bagi-bagi baju,” kata Wawan Kurniawan.

Selain itu, tahun baru Imlek juga identik dengan kue keranjang atau yang lebih dikenal dengan dodol Cina. Kue keranjang ini merupakan sebuah simbol bagi orang Tionghoa yang dikaitkan dalam kehidupan. Bentuk bulat yang artinya tidak bersudut sehingga tidak menyakiti orang lain. Sedangkan bentuk yang bersusun melambakan rezeki yang bersusun dan terus bertambah. “Rasanya yang manis artinya kehidupan agar selalu manis, kemudian liat itu adalah bentuk keuletan manusia yang harus selalu ada pada diri manusia,” ujarnya.

Adapun buah jeruk, lanjutnya, melambangkan sebuah rezeki yang banyak berupa banyaknya anak atau keturunan. “Karena jeruk ini manis dan banyak bijinya. Jadi diartikan banyak rezeki. Karena dulu mayoritas petani sehingga banyak anak juga,” jelasnya.

Simbol makanan lain yaitu mie yang biasa disebut mie panjang umur. Seperti bentuknya yang panjang, mie disimbolkan sebagai pengharapan dari umat Konghucu agar diberikan umur yang panjang. Sehingga mie ini selalu dijadikan menu pada pesta-pesta. Baik pesta tahun baru atau pernikahan. “Karena kalau yang meninggal tidak boleh mie. Biasanya kalau yang meninggal pake bubur,” tambahnya.

Wawan juga menjelaskan, ritual peribadatan dengan membakar hio atau dupo bermaksud agar menimbulkan wewangian yang menambah kefokusan saat bermeditasi, atau memohon petunjuk kepada dewa. Untuk itu, setiap umat yang sembahyang akan selalu menggunakan hio. “Satu orang itu tiga hio. Bahkan ada yang meyakini semakin besar hio semakin besar rezeki. Begitu juga dengan lilin besar yang berwarna merah. Lilin ini untuk memberikan penerangan,” ujarnya. (nce)

Related Articles

Back to top button