Uncategorized

Dua Tahun Ambruk, Belum Diperbaiki

BERMAIN DENGAN PUING KELAS: Tiga orang siswa SDN II Karyamakmur, Dusun Tambunsari, Desa Karyamakmur, Kecamatan Batujaya, sedang bermain di ruang kelas yang ambruk dua tahun lalu.

Siswa SDN II Karyamakmur Sempat Belajar di Lapangan

BATUJAYA, RAKA – Sudah tiga tahun lamanya, tiga ruang kelas SDN II Karyamakmur ambruk. Selama itu pula belum pernah disentuh perbaikan. Padahal, sekolah yang berada di Dusun Tambunsari, Desa Karyamakmur, Kecamatan Batujaya, itu harus bisa menampung 181 siswa. Agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan, pengelola sekolah menggunakan kelas secara bergiliran, dibagi dua shift.

Agung Maulana, siswa kelas 6 mengatakan, pascarobohnya ruang kelas 1, 2 dan 3 pada bulan Desember 2017, saat ini dirinya harus rela menunggu jam belajar di depan kelas. Pasalnya, tiga gedung yang ambruk belum kunjung diperbaiki. Dia mengaku sebelum menggunakan sistem bergantian kelas, sempat belajar di ruang terbuka. “Waktu dulu saya belajarnya di bawah pohon, habis itu banyak nyamuk juga,” jelasnya kepada Radar Karawang, Jumat (13/9).

Menurutnya, KBM di SDN II Karyamakmur secara bergiliran membuat tidak nyaman, sebab dia merasa jam belajar jadi berkurang. Jika biasanya pukul 07:00 sudah ada di kelas, kini pukul 10.00 baru mulai belajar. “Sekarang saya berangkat kelas suka siang, soalnya ruangan dipakai sama kelas 1, 2 dan 3,” katanya.

Agung meminta agar pemerintah daerah dapat membangun kembali tiga ruangan kelas yang sudah terbengkalai. “Saya ingin ada kelas baru lagi, biar tidak gantian masuk kelasnya,” katanya.

Hal serupa dikatakan Muhamad Fairul Setiawan, siswa kelas 6 SDN II Karyamakmur. Saat duduk di kelas 4 SD, dia harus menimba ilmu di halaman sekolah, yang terkadang harus melawan panasnya sinar matahari. “Kalau sekarang belajarnya udah di kelas lagi, tapi gantian,” katanya.

Anisa (40) yang berjualan di halaman sekolah sekaligus wali murid menceritakan, awalnya hanya ruangan tengah yang roboh. Namun karena terlalu lama dibiarkan, sehingga dua atap ruangan ikut hancur lebur. “Robohnya itu enggak ada hujan enggak ada angin, untungya pas libur sekolah, jadi enggak ada korban,” katanya.

Ia melanjutkan, melihat kondisi bangunan sekolah yang ambruk dan dibiarakan begitu saja oleh pihak sekolah, maupun pemerintah membuat dirinya geram. Padahal sudah banyak yang datang sekaligus foto-foto, tapi sampai saat ini belum juga ada pembangunan. “Robohnya itukan sudah lama, dari anak saya kelas satu sampai sekarang sudah kelas tiga lagi,” ujarnya.

Menurut kesaksian Anisa, adanya sistem gantian kelas membuat para siswa berleha-leha berangkat ke sekolah terutama kelas 4, 5 dan 6. Hal itu bisa dibuktikan dengan berkurangnya peserta upacara bendera yang diselenggarakan setiap hari Senin. Dia berharap pihak sekolah terus mendorong kepada pemerintah daerah agar secepatnya membangun ruangan yang sudah roboh, agar para siswa pun dapat belajar dengan normal kembali. “Saya sudah tanya ke guru, kapan mau dibangun lagi. Kata gurunya sudah diajukan tinggal realisasinya dan minta doanya aja,” katanya.

Seorang guru yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, jumlah siswa SDN II Karyamakmur sebanyak 181 anak. Sedangkan ruang yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar hanya tiga ruangan. Sementara ini, ruang belajar siswa masih dibagi dua shift. Kelas 1, 2 dan 3 masuk lebih awal, dan kelas 4, 5 dan 6 masuk siang. Dia mengaku ruang belajar baru sudah diajukan sejak robohnya tiga ruangan tersebut, namun saat ini belum juga ada tindakan perbaikan. “Saya dengar kabar mau dibangun melalui Dinas PUPR, nanti pihak sekolah tinggal menerima kunci saja,” pungkasnya. (cr4)

Related Articles

Back to top button