PURWAKARTA

Dulu Gunung Parang Diziarahi Sekarang jadi Tempat Piknik

WISATA ALAM: Keindahan Gunung Parang cocok dijadikan tempat berlibur.

PURWAKARTA, RAKA – Berkat keindahannya, Gunung Parang saat ini menjadi salah satu destinasi wisata alam andalan Kabupaten Purwakarta. Gunung yang terletak di Kecamatan Tegalwaru ini banyak dikunjungi wisatawan, terutama para pecinta alam. Mereka datang dari dalam maupun luar kota.

Namun sebelum dikenal sebagai lokasi wisata seperti sekarang, Gunung Parang ternyata menyimpan cerita yang lain. Sebelum dikenal sebagai tujuan wisata, Gunung Parang dikenal sebagai tempat ziarah.
Juru Kunci Gunung Parang Wahyudin mengatakan, gunung ini awalnya bernama Gunung Barang karena menurut cerita masyarakat pada zaman dulu, gunung tersebut merupakan tempat membuat senjata pusaka Prabu Siliwangi.

Alasan bernama Gunung Barang karena semua barang-barang pusaka zaman kerjaan Raja Pajajaran dibuat di Gunung Barang Pancer Tunggal. Pancer artinya tengah-tengah tanah Pasundan. “Di Gunung Barang ada lima makam empu, yakni Mak Eyang Barang, Mak Haji Bengker Buana Sakti, Mak Eyang Cakra Buana, Ibu Dewi Sekarwangi dan Dewi Cahya Sakti,” katanya.
Semasa hidupnya, kata Bah Wahyudin, mereka pembuat benda pusaka dari besi di atas gunung pada masa Kerajaan Pajajaran. “Semua barang-barang, kelima empu itu yang bikin,” imbuhnya.

Selain dari lima itu, ada yang pokok memiliki sejarah, yakni Raden Surya Kencana yang tak lain adalah cucu dari Prabu Siliwangi. “Makam Mak Eyang Barang, Dewi Sekarwangi dan Ibu Dewi Cahya Sakti, sama patilasan Raden Surya Kencana berada di atas yang sekarang pos 4. Kemudian makam Mak Haji Bengker Buana Sakti yang sekarang menjadi pos 2 jalur pendakian,” jelas Bah Wahyudin.

Makam-makam tersebut, lanjut dia menjadi tempat ziarah khususnya masyarakat di Jawa Barat untuk memanjatkan doa.
Namun seiring perkembangan, Gunung Barang yang lebih dikenal dengan Gunung Parang menjadi tempat wisata sejak 2013. “Bukan lagi menjadi tempat ziarah,” ujar pria yang juga pengelola wisata Gunung Parang jalur buhun tersebut.
Selain itu, di sini terdapat pula Goa Belanda yang juga menyimpan sejarah. Masyarakat zaman dulu punya cerita beragam soal goa tersebut.
“Ada yang bilang untuk jalur kereta api, untuk bersembunyi, menyimpan harta benda hasil rampokan rakyat pada zaman dulu, ada juga versi lain cari intan dan emas,” pungkas Bah Wahyudin. (gan)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button