GERBANG SEKOLAH

Dunia Anak Penuh Warna

BERBATIK: Sebelum corona mewabah, para mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Singaperbangsa Karawang terlihat asyik berfoto, kompak mengenakan baju batik.

Menjadi Mahasiswa PAUD Seru

KARAWANG, RAKA – Skripsi memang menjadi penentu akhir bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana. Namun yang lebih penting dari itu adalah proses mereka menjalani perkuliahan sekitar empat tahun lamanya. Para mahasiswa semester akhir prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) sedikit berbagi cerita perjalanan mereka selama kuliah.

Santi Ayu Rakhmawati (23) menuturkan, empat tahun lalu dia ingin menjadi mahasiswa psikolog, karena dia bercita-cita menjadi ibu yang baik dan bisa mendidik anaknya dengan benar suatu saat kelak. Belum beruntung diterima sebagai mahasiswa psikolog, akhirnya ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa PIAUD. “Karena saya ingin punya anak yang berkualitas,” kenangnya.

Pilihan ini ternyata pilihan yang tepat, karena banyak ilmu yang didapat dan ia sendiri memang merasa inilah jalannya untuk menggapai apa yang dicita-citakannya. Satu hal yang paling berharga adalah menjadi tahu cara mendidik anak yang benar. “Kalau dulu suka cuek sama anak kecil, sekarang malah lihat anak kecil itu suka merhatiin, kenapa seperti itu, bagaimana cara mendidiknya, jadi lebih peduli gitu loh akan perkembangan anak,” tuturnya.

Setelah lulus nanti, gadis cantik ini sangat senang bisa menjadi guru TK agar bisa mengamalkan ilmunya. Dengan menjadi guru TK, ia sendiri yakin pribadinya juga ikut berkembang bahkan wawasannya bertambah. Ia tidak muluk-muluk ingin mendirikan sebuah TK, sebab sadar diri masih banyak hal lain yang mesti ia pelajari. Tapi apapun kedepannya nanti, yang pasti dengan ilmunya tersebut bisa menerapkannya pada anak sendiri, sehingga kelak anaknya menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan agama.

Mahasiswa lainnya, Deska Panca Meliani (23) mengaku, awalnya tidak terpikirkan menjadi mahasiswa PIAUD malah ingin kuliah di STAN. Namun ia yang saat itu sempat vakum dari bangku pendidikan selama setahun, coba-coba mendaftar sebagai mahasiswa PIAUD dan ternyata diterima. “Saat itu mikirnya coba saja pilih jurusan yang peluang diterimanya tinggi,” ujarnya.

Di samping itu, Deska memang sangat suka dengan dunia anak dan prodi ini cocok dengannya. Selama kuliah ia merasa tidak cukup jika hanya menimba ilmu dari kelas, maka ia pun mencari pengalaman dengan mengajar di sebuah TK selama satu tahun. “Di kampus dan di lapangan langsung itu berbeda, jadi saya bisa mengamalkan ilmu dan tentu juga banyak menambah ilmu baru,” ucapnya.

Sementara itu, Anggia Savitri (22) bercerita masuk prodi PIAUD karena salah klik saat mendaftar. Ia sempat kesal bahkan stres pada tiga semester pertama karena pendidikan yang ia tempuh tidak sesuai dengan minatnya. Namun memasuki semester 4 ia mulai merasakan serunya mata kuliah di PIAUD. “Kayak seru gitu mata kuliahnya membahas tentang anak, terus tentang psikologi juga, jadi kita tuh lebih ngerti tentang anak usia dini,” ceritanya.

Baginya hal yang paling berharga selama kuliah adalah menjadi tahu cara mendidik anak, terutama pengembangan karakternya. Ia berharap generasi muda saat ini juga lebih perhatian terhadap perkembangan anak usia dini. “Lebih memperhatikan perkembangan mereka, karena anak usia dini itu fase golden age perkembangannya,” tutupnya. (din)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button