Eksplorasi Minyak Harus Beri Manfaat untuk Masyarakat
CIKAMPEK, RAKA- Sosialisasi dan persiapan kegiatan seismik yang baru-baru ini dilakukan oleh PT. Pertamina EP untuk mendeteksi keberadaan minyak dan gas (Migas) yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar Migas yang kekurangan di wilayah Cikampek Kabupaten Karawang.
Salah satu pemuda Cikampek, yang juga merupakan mahasiswa aktif kampus Universitas Singaperbangsa Karawang Tri Prasetio Putra Mumpuni mengatakan, proyek Pertamina yang mulai digarap di Cikampek sudah menyasar keberbagai rumah dan diberi tanda untuk pemetaan topografi. “Proyek ini udah mulai digarap kemarin, menyasar keberbagai lokasi di Cikampek, bahkan ada beberapa rumah yang sudah di berikan tanda yang dianggap layak dan menjadi potensi keberadaan migas, “katanya kepada Radar Karawang, pada Senin (20/11).
Menurutnya, potensi migas di Cikampek secara riwayat sejarah sudah ada karena lokasinya menjadi lumbung fosil hewan era lawas sehingga menjadi kriteria penelitian dan layak untuk di eksplorasi. “Potensi migas di Cikampek ini memang ada bahkan konon Karawang ini memang lumbung fosil hewan era lawas, sehingga sangat memungkinkan 19 kecamatan ada beberapa yang masuk ke dalam kriteria penelitian secara sempurna dan juga layak dieksplorasi dan produksi,” ujarnya.
Namun, Prasetio yang juga aktivis lingkungan dan sosial ini menganggap proyek ini akan berdampak terhadap tatanan kehidupan sosial yang sudah lama terbangun bagi masyarakat di wilayah sekitar. “Ini menjadi kekhawatiran karena nantinya proyek ini akan berdampak terhadap tatanan sosial yang sudah ada, salah satunya mata pencaharian hilang dan lahan pertanian yang masuk dalam wilayah yang digarap,” ungkapnya.
Lanjutnya, proyek yang di lakukan Pertamina dimulai dengan melakukan pemetaan topografi dan menjadi sasaran pengeboran. Padahal harusnya pertamina menjamin terlebih dahulu dampak-dampak yang terjadi di lingkungan masyarakat. “Pertamina melakukan pemetaan terhadap topografi wilayah yang akan menjadi sasaran pengeboran. Padahal penyelenggaraan ini mereka harus menjamin dulu segala sesuatu yang berdampak sosial, lingkungan dan budaya yang menjadi pertimbangan agar tidak terjadi konflik di kemudian hari,” katanya.
Dia berharap jika proyek ini berlanjut maka Pertamina harus terlebih dahulu menjamin hak-hak masyarakat dan menjaga situs budaya serta lingkungan yang berjalan sesuai harapan masyarakat. “Jika proyek ini berlanjut, hak masyarakat juga harus dipenuhi. Pertamina harus bisa menjaga situ yang sudah ditua kan dan memastikan dampak yang merugikan masyarakat dapat di atasi sesuai dengan hak dan kewajiban dari masyarakat maupun pertamina, dan ini akan saya kawal bersama kawan-kawan,” tandasnya.
Sebelumnya, Erwan Cahaya Dewa, Partichief project penelitian survei seismik 3D Kepuh Pertamina EP menyampaikan, Pertamina melakukan survei untuk mencari sumber minyak terbaru. Pencarian ini melalui 19 kecamatan dan 125 desa dengan luas wilayah pencarian 501 kilometer. “Kegiatan kami ini penelitian untuk mencari titik minyak, sebelum kegiatan kita mulai itu kita ada problem survey untuk mencari sumber baru ketika sumber minyak habis. Alhamdulillah problem survey kami ada di Karawang di 501 kilometer luas wilayah survei kita. Pengurusan perizinan untuk ke kementrian, pertama untuk mpl kita selesaikan dan di Bulan April sudah dilakukan ekspose di depan pemerintah Kabupaten Karawang. Terkena 19 kecamatan dan 125 desa untuk wilayah survey,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ketika berhasil ditemukan sumber minyak terbaru akan membawa dampak positif bagi pemerintah Karawang berupa peningkatan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD). Langkah awal yang dilakukan berupa topografi dengan menggunakan sistem Polygon untuk mengukur. Ia mengaku juga telah melakukan audiensi dengan dinas pertanian terkait pemberian kompensasi tanam tumbuh bagi petani. Selain itu telah melakukan audiensi pula dengan Dinas Perikanan. “Hasil minyak nanti akan berdampak untuk PAD Karawang. Saya sudah berdiskusi dengan dinas pertanian untuk kompensasi tanam tumbuh dan Dinas Perikanan, untuk keputusan nilai kompensasi itu pemda yang mengeluarkan. Kita awalnya itu topografi dengan menggunakan sistem Polygon untuk pengukurannya,” tambahnya. (zal)