Kasus TBC Di Purwakarta Masih Tinggi, Dua bulan tercatat 562 kasus, 107 diantaranya Balita

PURWAKARTA, RAKA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta mewaspadai penyebaran penyakit tuberculosis (TBC). Pasalnya, di tahun 2024 ini sudah ada ratusan orang yang terkena penyakit tersebut. Sebagian besar penderita penyakit tersebut adalah anak usia dini.
Kepala Dinkes Kabupaten Purwakarta melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Eva Lystia Dewi mengatakan, pertanggal 7 Maret 2024 pihaknya telah mencatat ada 562 kasus TBC yang terjadi di Kabupaten Purwakarta dan kasus tertinggi terjadi terhadap anak usia lima tahun kebawah. “Tertinggi terjadi terhadap anak usia nol sampai lima tahun, kami mencatat ada 107 kasus yang terjadi, tentu ini menjadi perhatian bagi kami,” ucapnya kepada Radar Karawang, Kamis (7/3).
Eva menuturkan, angka tersebut belum seberapa jika dibandingkan dengan jumlah kasus TBC yang terjadi pada tahun lalu. Ada 5607 kasus yang terjadi dan tercatat 1288 kasus yang terjadi terhadap anak usia dibawah lima tahun pada tahun 2023. “Tahun kemarin cukup banyak warga di Purwakarta yang terjangkit TBC, bahkan ada 90 yang meninggal. Sehingga, sampai saat ini TBC menjadi salah satu penyakit yang diwaspadai. Apalagi, penularan penyakit tersebut sangat cepat yang salah satunya menyerang melalui udara,” ungkapnya.
TBC ini, tambah Eva, Cara penularannya melalui udara yang terkontaminasi percikan dahak dari penderita TBC yang bersin, batuk atau berbicara. “Selain itu, padatnya penduduk juga mempengaruhi, makanya di kita, Kecamatan Purwakarta kasusnya yang tertinggi, karena penduduknya yang terpadat,” ujarnya.
Ia menuturkan, pihaknya saat ini telah melakukan upaya-upaya untuk menekan penyebaran TBC dengan melakukan screening di berbagai tempat. “Ya, saat ini strategi yang kami lakukan adalah dengan menemukan penderita TBC sebanyak banyaknya dan mengobatinya sampai sembuh. Kami telah melakukan screening di fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah dan perusahaan untuk memutus mata rantai penularan, orang yang terinfeksi harus disembuhkan secara sepenuhnya agar penularan penyakit ini dapat atasi, kalau tidak ini akan berbahaya,” tuturnya.
Eva mengungkapkan, selain upaya yang telah dilakukan oleh pihaknya, dalam mencegah penularan penyakit TBC ini perlu juga adanya sinergitas dari berbagai pihak, terumata kesadaran dari masyarakat. “Kami telah melakukan upaya trobosan dan menyusun strategi dalam upaya menurunkan angka penderita TBC, tentu ini juga perlu adanya sinergitas dari berbagai pihak lainnya, terutama kesadaran dari masyarakat agar membiasakan kebiasaan hidup bersih dan sehat, sehingga hal tersebut dapat membentengi diri dari penyakit berbahaya seperti TBC,” pungkasnya. (cr)