Karawang
Trending

Eman Sulaiman Pedagang Kipas Lintas Daerah

radarkarawang.id — Keterbatasan fisik dan usia tidak menyurutkan semangat Eman Sulaiman (58) untuk terus berjuang menafkahi keluarga.

Pria asli Karawang ini memilih jalur berdagang kipas genggam dan balon anak-anak keliling daripada harus meminta-minta, sebuah langkah yang ia tegaskan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap anak-anaknya.

Eman Sulaiman, yang merupakan penduduk asli Karawang, kini menjalani hari-harinya sebagai pedagang keliling. Meskipun harus menggunakan tongkat, ia berupaya menjangkau berbagai wilayah penjualan yang cukup luas demi mendapatkan penghasilan.

Area keliling dagang yang ia tempuh mencakup Karawang sebagai basis utama, hingga ke luar kota seperti Jakarta, Tangerang, Purwakarta, Subang, Bekasi, dan Cikarang. Jangkauan wilayah yang luas ini menunjukkan dedikasi dan kegigihan Eman dalam mencari rezeki.

Saat ditemui, Eman menjelaskan bahwa barang dagangannya yang utama adalah balon dan kipas genggam.

“Pokoknya ini saya jualannya ini, balon sama kipas, ini mah tambahan saja ya, ini juga tambahan sebetulnya,” ujarnya seraya menunjukkan beberapa mainan yang ia bawa sebagai pelengkap.

Untuk memenuhi kebutuhan dagang, ia mengaku melakukan. proses belanja secara mandiri.
“Saya belanja sendiri ke Jakarta ya, saya belanja sendiri ke Jakarta, sebulan sekali saya ke Jakarta, tapi kalau sekarang sudah bisa ditelepon,” tuturnya, mengindikasikan bahwa ia telah beradaptasi dengan kemudahan teknologi dalam pemesanan barang.

Meskipun gigih, Eman mengakui bahwa tantangan terbesarnya saat ini berada di sektor teknologi dan mobilitas. Ia belum mampu menjangkau pasar digital.

“Kesulitannya saya belum bisa jualan online, belum bisa affiliate, kesulitannya itu saja,” ungkapnya dengan jujur.

Selain kesulitan teknologi, masalah transportasi juga menjadi kendala utama baginya.

Ia menuturkan bahwa untuk berpindah tempat dan menjangkau acara keramaian di luar kota, ia harus mengandalkan transportasi umum atau daring.

“Terus kendaraan juga saya kesulitan, kemana-mana harus pakai online, pakai Grab, pakai Angkot. Jadi kalau ada acara-acara di tempat lain, kalau enggak ada kendaraan susah,” paparnya.

Eman Sulaiman menceritakan bahwa keputusannya untuk berdagang berawal dari sebuah motivasi kuat setelah sebelumnya sempat meminta-minta. Perubahan ini terjadi sekitar dua tahun lalu. Ia menyatakan bahwa motivasi utamanya adalah tanggung jawab keluarga.

“Pokoknya selama saya masih bisa melangkah, saya tidak akan berhenti berjualan,” tegasnya.
Ia memiliki dua anak, salah satunya sedang menempuh pendidikan tinggi di Tasikmalaya, yang lain bekerja di Jakarta, sehingga ia merasa harus terus berusaha.

Mengenai penghasilan, Eman Sulaiman mengaku tidak mematok target yang muluk-muluk. Ia menerapkan prinsip bersyukur dan mencukupkan diri.

“Sehari saya sisa kenyang, sisa kebutuhan saya sendiri sehari Rp100 ribu. Dapatlah minimal ya itu,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa angka Rp100 ribu merupakan sisa bersih setelah kebutuhan pribadi dan makan hari itu terpenuhi.

Lebih lanjut, ia menekankan prinsip berbagi dalam berdagang. Ketika ada pembeli yang tidak memiliki uang receh, ia sering memilih untuk menggratiskan dagangannya.

“Orang kan berbagi, ya kita juga harus berbagi juga gitu. Enggak ada rugi,” kata Eman, ia meyakini bahwa rezeki yang hilang akan digantikan oleh rezeki lain.

Semangatnya yang pantang menyerah dan kemurahan hatinya dalam berbagi menunjukkan kualitas diri Eman Sulaiman. Ia mencontohkan bahwa dengan rasa syukur, pendapatan yang didapat sudah lebih dari cukup.

“Lebih dari cukup, kita bersyukur saja sudah,” tutupnya. (uty)

Related Articles

Back to top button