
PURWAKARTA, RAKA – Sunda memiliki beragam kebudayaan mulai dari kesedian, makanan daerah, hingga aksesoris pakaian yang salah satunya adalah iket Sunda. Iket Sunda ini salah satu Warisan Budaya Tak Benda yang telah ditetapkan Kemendikbud.
Demi menjaga sekaligus melestarikan warisan budaya leluhur, para pegiat budaya di Purwakarta yang tergabung dalam Komunitas Iket Sunda Arta (KIS ARTA) konsisten menggelar edukasi iket Sunda di Taman Anak Surawisesa, Purwakarta selama empat tahun berturut-turut setiap Sabtu dan Minggu.
Baca Juga : Sawah di Kotabaru Belum Diasuransikan oleh Pemerintah
Edukasi yang dilakukan secara konsisten menjadikan Taman Surawisesa sebagai pusat edukasi budaya dan ruang bermain edukatif yang menghidupkan memori permainan masa kecil masyarakat Sunda.
Terpantau pada Sabtu (9/8) puluhan peserta mulai dari anak-anak hingga remaja, duduk rapi mengenakan busana tradisional Sunda lengkap dengan iket di kepala.
Dihadapan mereka, para anggota KIS ARTA memperagakan langkah demi langkah cara melipat dan mengenakan iket Sunda dengan rapi.
Selain mengajarkan teknik memakai iket, para anggota komunitas juga menyampaikan penjelasan tentang filosofi dan nilai-nilai yang terkandung dalam kain penutup kepala khas Sunda ini.Peserta pun diajak memahami bahwa iket bukan sekadar pelengkap pakaian, tetapi simbol identitas dan kebanggaan budaya.
Tonton Juga : PANGERAN KUWAIT, BATALKAN GOL PRANCIS DI PIALA DUNIA
Ketua KIS ARTA, Agus Firdaus menegaskan bahwa konsistensi selama empat tahun ini bukanlah hal mudah. Hal ini dilatarbelakangi oleh semangat melestarikan budaya yang disambut baik oleh antusiasme peserta.
“Kami hadir bukan hanya untuk mengajarkan cara memakai iket, tapi juga menanamkan rasa bangga terhadap warisan budaya kita,” ujarnya, Sabtu (9/8).
Agus menuturkan, keberlangsungan kegiatan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak dan semangat para anggota komunitas. Ia mengatakan, tujuan utama kegiatan ini adalah memastikan iket Sunda tetap digunakan dan dikenal oleh masyarakat, khususnya generasi muda.
“Kalau kita ingin budaya ini terus ada, maka harus dikenalkan sejak dini, dan kami siap hadir untuk itu,” katanya.
Diungkapkan oleh Agus bahwa kegiatan ini terbuka untuk umum dan bahkan sering kali dimanfaatkan keluarga sebagai ajang rekreasi sambil belajar budaya.
“Kehadiran KIS ARTA yang konsisten selama empat tahun ini menjadi bukti nyata kepedulian terhadap pelestarian tradisi lokal, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk tetap menjaga warisan leluhur,” ungkapnya. (yat)