Penanaman Karakter Mandiri Dimulai Dari Pola Didik Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi seseorang anak, karena tugasnya meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak sebelum mereka berada di lingkungan yang lebih luas. Di dalam keluarga, anak lahir dan tumbuh berkembang. Namun, beragam realitas yang terjadi pada era globalisasi yang semakin marak seperti tayangan sinetron anak sekolahyang kurang mendidik telah membuat anak usia pra sekolah menjadi konsumtif dan terjerumus pada tindakan asusila bahkan sampai kriminal.
Sejalan dengan hal tersebut, diperlukan pembinaan atau pembelajaran nilai-nilai moral yang dilakukan pendidik dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan jasmani dan rohani dengan tujuan agar menjadiinsan yang sholeh, berilmu, pengetahuan, dan berbudi pekerti sesuai denagn nilai-nilai moral. Pengembangan karakter mandiri pada anak usia dini adalah suatu usaha menanamkan dan mengembangkan karakter mandiri pada anak usia dini melalui berbagai kegiatan belajardalam lingkup pendidikan keluarga.
Usaha ini dilakukan oleh para orang tua dalam kehidupan keluarga saat mendidik anak-anaknya. Usaha-usaha inilah yang kemudian ditemukan enam pola pendidikan keluarga dalam pengembangan karakter mandiri pada anak usia dini yang berhasil menjadikan anak-anak usia dini memiliki karakter mandiri yang tercermin dari sikap dan perbuatannya setiap hari.
Keenam pola pendidikan keluarga itu adalah sebagai berikut. Pertama, pengembangan karakter mandiri anak usia dini melalui tanggung jawab yang diberikan orang tua pada anak dalam bentuk peran-peran tertentu yangharus dilakukan anak. Melalui tanggung jawab ini, anak usia dini kemudian mengembangkan kemampuan mandirinya dalam melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang kemudian menunjukan kemandirian anak usia dini.
Kedua, pengembangan karakter mandiri melalui persepsi fitrah yang menekankan pada pengkondisian lingkungan yang berkarakter. Di sini, pendidikan keluarga berorientasi pada penciptaan lingkungan yang berkarak termandiri. Dari sinilah, anak-anak kemudian bisa mengembangkan karakter mandirinya. Ketiga, pengembangan karakter mandiri anak usia dini melalui pemberian kebebasan padaanak dalam melakukan berbagai kegiatan. Di sini, orang tua memberikan kebebasan padaanak- anak untuk melakukan berbagai kegiatan, tapi tetap dalam batasan. Melalui kebebasandalam melakukan kegiatan, anak usia dini akan menunjukan siak dan perbuatan mandirikarena kebebasan dalam memilih berkegiatan akan mengkondisikan untuk mandiri dalam melakukannya. Keempat, pengembangan karakter mandiri melalui kagiatan pembiasaan. Artinya, orang tua dengan sengaja memberikan kegiatan-kegiatan pembiasaan yang memangakan mengembangkan karakter mandiri anak usia dini. Pembiasan yang dilakukan terus menerus akan semakin membuat anak menjadi semakin mandiri dalam bersikap dan berbuat.
Kelima, pengembangan karakter mandiri melalui motivasi orang tua. Di sini, orang tua secaraaktif memberikan motivasi pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang mengembangkan karakter anak usia dini. Melalui motivasi inilah, anak usia dini kemudian melakukan berkegiatan yang mampu membuat anak mengembangkan karakter mandirinya. Karakter mandiri ini perlu diinternalisasikan pada anak usia dini sudah memiliki sifat danpotensi mandiri yang tumbuh dalam dirinya. Oleh karena itu masih dalam bentuk potensiinilah, maka internelasasi karakter mandiri ini memerlukan bantuan orang tua dalam bentukpenyelenggaraan kegiatan-kegiatan pendidikan dikeluarga. Melalui pendidikan orang tua dikeluarga inilah, karakter mandiri anak ini kemudian bisa diinternalisasikan dalam diri anak usia dini. Disinilah, internalisasi karakter mandiri pada anak usia dini berkantung pada kegiatan pendidikan yang diselenggarakn orang tua dalam lingkup keluarga, dan setiap keluarga selalu memiliki model kegiatan pendidikan yang berbeda sehingga internalisasi karakter mandirinya pun berbeda.
Dari sinilah, keberadaan pendidikan keluarga dari orang tua membuat proses internalisasi,identifikasi, dan maksimalisasi pendidikan karakter mandiri pada anak berbeda-beda. Namun, dalam keberadaan ini sesungguhnya ada kesamaan pola yang bisa diidentifikasi. Pola yangsama ini terkait dengan hasil internalisasi pendidikan karakter mandiri yang teraktualisasi dalam sikap dan perbuatan anak usia dini dalam kehidupan sehari-sehari.
Terlepas dari penanaman nilai-nilai moral tersebut dengan berbagai metode yang digunakanoleh orangtua juga harus mengetahui karakter masing-masing anak-anaknya. Sehingga, apayang diinginkan orangtua dapat tercapai. Ketercapaian dari semua yang diharapkan orang tuamelalui perubahan tingkah laku, tutur kata, sopan santun, dan hal-hal baik lainnya merupakanhal yang sangat membanggakan bagi orang tua. Sehingga kelak ketika anaknya sudah dewasamaka sifat -sifatnya akan terbawa dan dapat berguna untuk dirinya dan orang lain. (*)
Syifa Wilian Oktaviani
Mahasiswi Universitas Pelita Bangsa Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar