Caleg Harus Pintar Ngemas Isu

KARAWANG, RAKA- Media sosial (Medsos) sudah menjadi salah satu media yang digunakan calon legislatif (Caleg) untuk meraih simpati pemilih. Tapi, pengunaan medsoso pun harus ditunjang dengan konten yang tepat, jika tidak bisa jadi blunder bagi caleg itu sendiri.
“Pemilihan media sosial, ditunjang dengan penggunaan konten yang tepat seperti isu anak-anak dan perempuan, saya kira itu menjadi isu penting sekaligus menarik yang dapat dipertimbangkan para calon anggota legislatif di daerah. Isu tentang perlindungan anak, perlindungan hukum terhadap perempuan khususnya bagi para TKW asal Karawang, karena kita tahu bahwa Karawang sebagai penyumpang TKW terbesar di Jawa Barat. Kondisi-kondisi sosial ekonomi faktual yang erat kaitannya dengan masyarakat lokal, seyogianya dapat direspons dengan baik untuk mendapat raihan suara dari para calon pemilih,” kata Dr Mayasari M.Hum, pakar komunikasi politik Unsika, ketika menyampaikan ceramahnya dalam seminar politik bertajuk “Perempuan dan Kontestasi Pemilu, Serta Penganugerahan Perempuan Politik Kabupaten Karawang”, yang digagas Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kabupaten Karawang, di RM. Sindang Reret, awal April kemarin.
Menurut Dr Mayasari, media sosial menjadi alternatif nomor satu yang begitu diminati masyarakat termasuk di Karawang. “Kita tahu bahwa Indonesia menjadi negara ketiga pengguna internet terbesar di dunia. Jadi, pilihan kampanye menggunakan media sosial itu lebih hemat biaya, efektif, dan lebih mudah dalam mem-branding para calon legislatif untuk membidik para calon pemilih,” ujarnya, di hadapan para politisi partai politik yang menjadi caleg se-Kabupaten Karawang.
Meski demikan, Dr Mayasari memberikan sejumlah syarat agar kampanye melalui medsos bisa mengena masyarakat pemilih. “Satu di antaranya penekanan visi misi cenderung pada soal-soal perlindungan hak anak dan perempuan. Hak-hak yang terkait pada anak dan perempuan itu sangat banyak, di antaranya tentang kesehatannya, pendidikannya, penyetaraan gender, dan lain-lain. Isu-isu sentral tentang peningkatan home industri, atau ketenagakerjaan itu bisa dikemas dengan baik,” ujarnya.
Diteruskannya, gunakan medsos yang paling popular. “Lebih konkret lagi, dalam penggunaan medsos itu coba bisa digunakan beberapa medsos yang paling popular. Kemas citra diri Anda sebagai caleg dengan membuat good image (citra positif) salah satunya dengan membuat self image (pencitraan diri) dengan cara membranding diri menjadi apa yang Anda inginkan tetapi bisa masuk sekaligus disukai secara psikologis oleh para calon pemilih,” ujarnya.
Dr Mayasari juga menekankan, medsos dapat menjadi sarana promosi para caleg, bersosialiasi dan berkomunikasi. “Tapi perlu diingat, akun kita di medsos itu harus dikelola dengan baik, gunakan konten atau tampilan foto atau video yang menarik, tidak berisi informasi sesat atau hoaks, harus selalu diupdate dengan konsisten, dan gunakan teknik berkomunikasi dengan bahasa yang humor dan mudah dimengerti oleh public sebagai calon konstituen kita,” ungkapnya.
Sementara itu, mencermati minimnya apresiasi para calon pemilih terhadap pemilihan anggota legislatif di Kabupaten Karawang, Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kabupaten Karawang, Sri Rahayu Agustina, mengatakan saat ini masyarakat lebih fokus ke calon presiden, sehingga caleg jarang diperbincangkan. “Hari ini yang mereka bicarakan adalah Pilpres. Maka hari ini saya meminta kepada seluruh caleg perempuan harus terus bergerak masuk ke konstituen masing-masing untuk mempromosikan dirinya masing-masing. Itu yang paling penting, karena ketika saya masuk ke lapangan mereka hanya membicarakan nomor satu atau nomer dua ya? Jadi kita calegnya tidak diperhitungkan. Jadi kalau tidak kita yang mempromosikan lalu siapa lagi. Artinya perempuan-perempuan ini jangan sampai kalah oleh laki-laki,” ujarnya. (asy)