216 Maba Ikut Pengenalan Kampus
MENYIMAK : Mahasiswa baru STAI DR KHEZ Muttaqien menyimak materi yang disampaikan narasumber.
PURWAKARTA, RAKA – Badan Eksektif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) DR KHEZ Muttaqien menggelar masa orientasi pengenalan kampus (Taaruf) di aula kampus Jalan Baru Maracang Nomor 35.
Ketua Pelaksana Taaruf Maulvi Arreza mengatakan, kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa baru sebanyak 261 orang dari jumlah total 301 mahasiswa baru yang melakukan pendaftaran. “216 yang ikut kegjatan, pesertanya dari enam program studi yakni, program studi agama islam, ekonomi syariah, hukum keleuarga Islam, pendidikan anaka usia dini, pendidikan Bahasa Arab, dan komunikasi penyiaran Islam,” terangnya.
Ia juga mengatakan, kegiatan taaruf disamping mengenalkan tentang antropologi kampus juga untuk melengkapi syarat sidang skripsi untuk semester akhir. “Ada materi tentang pengenalan antropologi kampus, juga mahasiswa diwajibkan ikut sebagai syarat mengikuti sidang skripsi, jadi harus ikut taaruf dulu,” paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pengenalan kampus diharapkan bisa memberi cara pandang baru khususnya bagi lulusan SMA yang baru merasakan kegiatan kemahasiswaan. “Semoga dengan adanya kegiatan taaruf tersebut dapat memeberikan cara pandang baru, karena cara pandang siswa dan mahasiswa tentu berbeda dari mulai cara belajar dan cara berorganisasi serta kehidupan di kampus,” ujarnya.
Ketua STAI DR KHEZ Muttaqien Imam Tabroni mengatakan, proses pembelajaran digital dalam era Revolusi Industri 4.0, dimana perguruan tinggi perlu melakukan reorientasi kurikulum, hybrid/blended learning, dan life-long learning. Artinya harus dapat beradaptasi dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi dengan baik. “Pasar kerja saat ini membutuhkan berbagai kombinasi skills, 80 % perusahaan mencari jiwa kepemimpinan dan mampu bekerja baik di dalam tim,” ujarnya.
Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (big data) di dunia digital masih kurang, oleh karena itu harus mengisi kekurangan tenaga kerja dalam bidang digital. “Relevansi antara pendidikan dan pekerjaan perlu disesuaikan dengan perkembangan iptek dengan memperhatikan aspek humanities,” terangnya.
Ia pun menilai, di Era Revolusi Industri 4.0 perlu mengembangkan literasi baru yaitu data, teknologi dan sumber daya manusi harus bisa memanfaatkan dan mengolah data, menerapkannya ke dalam teknologi dan tentunya harus memahami cara penggunaan teknologi tersebut. “Literasi manusia menjadi penting untuk bertahan di era ini, tujuannya adalah agar manusia bisa berfungsi dengan baik di lingkungan manusia dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia,” ujarnya. (ris)