Dorong Mahasiswa Teknik Kimia Unsika Mahir Bahasa Inggris

KAMPUS UNSIKA: Mahasiswa didorong bisa berbicara Bahasa Inggris.

KARAWANG, RAKA – Karawang dengan sejumlah kawasan industri terbesar di Asia Tenggara tentunya menjadi peluang tersendiri bagi para generasi muda. Hal inilah yang dilihat oleh Prodi Teknik Kimia Unsika dengan mengadakan rancangan program kerja keberlanjutan mata kuliah bahasa inggris selepas perkuliahan.

Upaya ini ditujukan sebagai pembekalan mahasiswa untuk memiliki kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris ketika melamar pekerjaan, atau setidaknya dalam even mahasiswa internasional baik itu lomba mapun pertukaran pelajar antar negara.

Koordinator Program Studi Teknik Kimia Unsika Dessy Agustina Sari, mengatakan, pihaknya mengikutsertakan dua orang mahasiswanya yakni Iyan Adrian dan Vina Syofiatul Ulfa dalam kelas speaking level 1. Kelas ini mendukung suksesi menuju publikasi artikel ilmiah melalui pemaparan di seminar nasional dengan output prosiding ber-ISBN. “Iyan dan Ulfa merupakan mahasiswa lintas angkatan, tanpa memandang senioritas keduanya responsif dan mencicil suatu draft artikel dengan tema pengabdian kepada masyarakat,” tuturnya.

Iyan menceritakan pengalamannya selama proses menulis sangatlah variatif. Mulai dari menentukan tema, mencari media publikasi, dan menggunakan template yang ditentukan oleh panitia pengelola. Sementara itu Ulfa mengaku awalnya belum mampu membedakan bagaimana menulis artikel ilmiah suatu hasil penelitian dengan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, temanya mengenai speaking class di Teknik Kimia Unsika juga membuat banyak kebingungan. “Kurang pahamnya apa yang akan dilakukan kadang jadi suka mengerjakan,” akunya.

Dessy menambahkan, Tahapan pengoreksian silang pun dilakukan dimana terjadi perombakan besar karya ilmiah mereka. Hal ini menjadi hikmah tersendiri bagi kedua mahasiswa bahwa kehadiran dosen pembimbing yang bepengalaman sangat penting sepintar apapun seorang mahasiswa. Memang pada prinsipnya tujuan dosen ini adalah meluruskan apabila terjadi tindakan keluar jalur dari sasaran bidik artikel yang telah disepakati para penulis.

Lebih lanjut Dessy menyampaikan, hal yang wajar jika terjadi dilema pada usia mahasiswa. Ia mengingatkan fokus menjadi mahasiswa bukanlah menempuh perkuliahan semata. Sebagai mahasiswa harus mampu berkontribusi melalui karya ilmiah. Ia menyarankan agar dalam menggarap karya ilmiah mesti memperkuat komunikasi dan membuat situasi senyaman mungking. Dengan demikian hubungan kerjasama membuat artikel ilmiah akan terbentuk dua arah. “Dengan adanya hal ini, mereka berdua telah berkontribusi sebagai penyeimbang dimana mahasiswa mampu unggul di bidang akademik juga non-akademik,” pungkasnya. (din)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here