
SUMBER BANJIR: Sungai Citarum menjadi salah satu sumber banjir yang ada di Karawang. Luapan airnya menggenangi pemukiman warga yang ada di dekat sungai ini.
KARAWANG, RAKA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang meminta masyarakat untuk bergotong royong membersihkan saluran air atau drainase, lantaran BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada pertengahan Februari 2021.
BPBD memperkirakan potensi banjir di wilayah Karawang tidak akan separah banjir tahun 2014 yang melanda di 28 kecamatan. Karena curah hujan tahun ini masih diimbangi dengan cuaca panas, tidak seperti enam tahun lalu. “Kalau melihat tanda-tanda seperti sekarang sudah mulai pancaroba ke musim kemarau, kayanya potensi banjir sekarang tidak seperti 2014,” jelas Sekertaris BPBD Karawang Supriatna, kepada Radar Karawang, Senin (18/01).
Kata Supriatna, BPBD Karawang sudah mengeluarkan surat peringatan siaga bencana sejak awal November 2020 sampai akhir Maret 2021. Karena puncak musim penghujan di pertengahan Februari, sehingga diharapkan bulan Maret sudah kembali normal. BPBD mencatat titik banjir di wilayah Karawang ini meliputi Karangligar, BMI 1 dan 2. Kemudian volume air di Sungai Barugbug wilayah Cilamaya akan turut dipantau, pasalnya jika air di sungai tersebut akan berpotensi banjir seperti di Desa Cilamaya dan Desa Tegalwaru.
Menurut Supriatna, aliran sungai Citarum yang mengaliri wilayah Karawang diperkirakan tidak akan meluap, sebagaimana saat banjir di wilayah Dayeuhkolot, Bandung pada beberapa Minggu lalu tidak berimbas ke Karawang. Karena ada lima bendungan penyanggah mulai dari bendungan Saguling, Cirata, Jatiluhur, Curug dan Walahar.
“Jadi aliran air Citarum dari arah Walahar ke utara ini kelihatannya aman,” imbuhnya.
BPBD menghawatirkan jika terjadi hujan deras di wilayah Bogor Timur seperti di Jonggol dan Cibarusah, karena nantinya air bisa turun ke Karawang melalui sungai Cibeet dan Cipamingkis. Sementara bendungan Cipamingkis belum diperbaiki sehingga air kemungkinan akan cepat naik karena disana tidak ada bendungan penyanggah. “Kalau pun ada bendung seperti di Kobak Biru itu bukan bendung penyanggah, (tapi) itu hanya untuk menyalurkan air ke wilayah Jakarta,” kata Supriatna.
Untuk mengantisipasi air kiriman dari Bogor Timur, BPBD akan bekerjasama dengan PJT terutama petugas di Sipon Cibeet untuk memantau sekaligus mengetahui tinggi muka air di wilayah tersebut. Mengantisipasi potensi banjir di wilayah Karawang, BPBD bakal menyebarkan surat imbauan kepada masyarakat agar membersihkan drainase untuk memperlancar saluran air melalui kegiatan gotong royong. Selain itu, kata Supriatna, BPBD sudah mempersiapkan enam mesin penyedot air, dan itu biasanya digunakan di wilayah Rengasdengklok. Kemudian 14 perahu LCR mauapun RB (perahu tanpa mesin) dengan berbagai tipe. “Logistik juga kita persiapkan, di mana mereka butuh bantuan kita turunkan,” paparnya.
Terpisah, Satgas BPBD Cilamaya Aan Susanto, saat ini masyarakat mesti berhati-hati setelah terjadinya bencana air pasang yang menimpa pesisir pantai utara Karawang beberapa hari kemarin. Ditambah dengan kondisi cuaca yang mulai memasuki musim hujan seperti sekarang ini. Khusus masyarakat yang tinggal di bantaran kali, sesegera mungkin melakukan pencegahan dengan menambah ketinggian tanggul atau membersihkan saluran dari sumbatan sampah. Seperti yang sudah di lakukan pemerintah Desa Muara Kecamatan Cilamaya Wetan. “Tolong kewaspadaan masyarakat dalam meghadapi musim penghujan dan antisipasi banjir,” imbau Aan.
Adapun beberapa desa yang harus meningkatkan kewaspadaannya menghadapi musim hujan karena sering kena banjir di Kecamatan Cilamaya Wetan, kata Aan, antara lain Desa Tegalwaru, Desa Mekarmaya, Desa Cilamaya dan Desa Muara lama. “Sementara untuk Desa Sukakerta dan Desa Muara tetap waspada dengan terjangan air rob, meskipun kemarin tidak sampai ke dua desa itu, namun kewaspadaan tetap harus ditingkatkan,” pungkasnya. (mra/rok)