Mahasiswa Cilamaya Bahas Krisis Identitas
CILAMAYA WETAN, RAKA – Untuk memaksimalkan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) mahasiwa agar tidak sampai terjadi krisis identitas. Anggota Ikatan Mahasiswa Cilamaya (Ikamaci) menggelar diskusi terbuka bertema “Urgensi Organisasi Primordial”.
Ketua Ikamaci Farhan Hanif Ramadhan mengatakan, kegiatan diskusi terbuka ini dilakukan agar peran dan fungsi mahasiswa yang tergabung dalam Ikamaci, tidak mengalami krisis identitas. Semua anggota harus tahu perannya masing-masing di tengah masyarakat. Terlebih dengan beban di pundak mereka sebagai kaum terpelajar. “Kita ambil tema urgensi organisasi primordial, supaya mereka tahu apa tugas mereka di tengah masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut, bahasan tersebut dinilai cukup penting untuk dikonsumsi Ikamaci. Karena penanaman nilai-nilai budaya, ekonomi, sosial, dan lainnya yang berada di Cilamaya. “Bagi mahasiswa yang mendapatkan pengetahuan, bahwa seorang mahasiswa pun jangan sampai mengalami krisis identitas. Dan ini sangat jelas kalau misalkan sudah berbicara mahasiswa di wadah ini untuk Cilamaya,” ucapnya.
Menurut pengisi acara, Yopi Kurniawan, Ikamaci merupakan mahasiswa yang harus menjadi penyambung aspirasi yang belum sempat tersampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat, dan begitu pun sebaliknya dari masyarakat kepada pemerintah. “Ikamaci harus menjadi solusi bagi masyarakat Cilamaya itu sendiri, karena dalam organisasi ini, mahasiswa yang seluruhnya berasal dari Cilamaya,” ucapnya.
Terlebih, Ikamaci juga harus bisa menjaga tradisi dan kearifal lokal wilayahnya, mulai dari bahasa, budaya, sektor ekonomi, sosial, geografis, pariwisata dan lain sebagainya. Misalnya dengan bahasa Jawa yang digunakan sehari-hari masyarakat Cilamaya, Ikamaci yang harus memperkenalkan itu kepada masyarakat luas. “Dalam penggunaan bahasa, bisa digunakan dalam diskusi sehari-hari. Budaya dan pariwisata yang ada di wilayah Cilamaya pun harus dijaga dan terus dieksplor,” katanya.
Adanya Ikamaci tidak hanya sebatas teman ngopi atau berkumpul saja. Atau kumpulan mahasiswa yang bisa memberi kemanfataan bagi masyarakat Cilamaya. Di sini harus ditentukan agar tidak mengalami krisis identitas. “Mau jadi mahasiswa yang hedonis kah, pragamtis kah. Saya kira mending gak usah kalau seperti itu,” pungkasnya. (rok)