Gerombolan Bocah SMP Bawa Arit Jumbo
-Anak SMK Berbekal Parang Satu Meter

KARAWANG, RAKA – Gerombolan bocah SMP dan anak-anak SMK tiba-tiba melintasi Alun-alun Karawang, Senin (22/5) sore. Meski jalan tersebut biasa dilalui anak-anak sekolah, namun ada gelagat tidak biasa ditunjukan oleh mereka.
Mereka ada yang hanya mengenakan kaos oblong bercelana abu-abu, ada juga yang mengenakan sweater bercelana biru. Bahkan ada pula yang hanya memakai kaos oblong dan celana olahraga tanpa alas kaki. Warga mulai curiga karena melihat tonjolan mirip gagang senjata tajam di balik sweaternya. Tidak lama berselang, Regu 3C Satpol PP Karawang melintasi Alun-alun di waktu yang bersamaan. Melihat keberadaan Satpol PP, gerombolan anak-anak sekolah itu langsung memutar arah. Hal itulah yang kemudian membuat petugas penegak peraturan daerah itu curiga dan mengejar mereka. Ditambah sejumlah warga meneriaki anak-anak tersebut agar membubarkan diri. Aksi kejar-kejaran Satpol PP dengan anak-anak sekolah itupun terjadi. Alhasil, lima orang berhasil diciduk, lengkap dengan dua senjata tajam jenis arit berukuran jumbo dan satu stik golf.
Kasie Opdal Satpol PP Karawang Tata S mengatakan, kemarin anggota Satpol PP Karawang Regu 3C melakukan partoli rutin setiap sore. Sesampainya di alun-alun, anggotanya melihat segerombolan siswa di pertigaan Alun-alun Karawang tengah putar balik saat melihat personel Satpol PP. “Gerombolan siswa ini juga memang diteriaki warga karena terlihat tonjolan seperti bawa sajam, lokasinya di pertigaan Alun-alun Karawang dekat jembatan pom bensin,” ucapnya kepada Radar Karawang, Senin (22/5) sore.
Ia menambahkan, karena terlihat membawa sajam, anggotanya langsung melakukan pengejaran terhadap siswa tersebut. Lima orang siswa yang diduga akan melakukan aksi tawuran itu berhasil ditangkap, dan digiring langsung ke Mako Satpol PP Karawang. “Jumlahnya banyak, cuma yang berhasil kita amankan ada lima orang siswa. Selain itu kita juga mengamankan sajam yaitu dua buah parang ukuran satu meter, dan satu stik golf,” tambahnya.
Ia mengaku, guna pemeriksaan lebih lanjut akan menyerahkan lima orang siswa tersebut ke Polres Karawang, sehingga orang tua dan pihak sekolah bisa mengetahui bahwa anak didiknya telah melakukan aksi yang dapat mengganggu keamanan, serta berpotensi mengancam keselamatan diri sendiri. “Untuk asal sekolah biar nanti polres yang nanganin, karena ranah pemeriksaan akan dilakukan langsung oleh Polres Karawang,” akunya.
Pihaknya juga mengimbau kepada orang tua dan sekolah agar lebih waspada saat anak berada di luar rumah atau di luar sekolah, sehingga kejadian tersebut tidak terulang apalagi sampai terjadi bentrok yang menelan korban jiwa.
Staf Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karawang Karina Nur Regina menyampaikan, aksi konvoi dengan membawa senjata tajam adalah salah satu bentuk kenakalan remaja. “Kenakalan seperti ini bukan hanya membahayakan dirinya namun juga membahayakan orang lain,” ucapnya.
Regina menjelaskan, dari sisi psikologis faktor pendorong mereka berbuat demikian adalah terbentuknya konsep diri negatif dan emosi yang belum matang. Melihat dua hal ini, kenakalan remaja erat kaitannya dengan kematangan mental mereka. Konsep diri adalah bagaiamana seseorang memandang dirinya baik itu fisik, karakter, maupun motivasi diri. Dalam konsep diri individu mengetahui kelemahan serta kekuatan yang dimilikinya. Semestinya semua aspek ini mengarah kepada hal positif. Namun jika persepsi individu terhadap dirinya, persepsi orang lain tehadap individu tersebut diri sendiri, dan kondisi yang diinginkan semuanya negatif, maka tentu konsep diri yang terbentuk pun negatif.
Adapun perihal kematangan mental adalah kemampuan individu mengontrol emosi secara tepat dan mengekspresikannya dengan cara yang diterima masyarakat. Ketika konsep diri baik maka si anak akan malu untuk berbuat sesuatu yang tidak baik di mata orang lain. “Mereka akan sibuk bagaimana caranya membuat orang lain justru nyaman dengan dirinya,” tuturnya.
Ia melanjutkan, masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap yang kekanak-kanakan, serta berusaha mencapai kemampuan berperilaku dan bersikap dewasa. Pada masa remaja ini adalah masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Kematangan mental seyogyanya berkorelasi positif dengan usia. Namun demikian, kematangan mental juga dipengaruhi bagaimana lingkungan orang tua, teman sebaya memberi perlakuan. “Usia bertambah, emosi seharusnya juga (mental) semakin matang,” ucapnya.
Regina berpesan kepada para remaja untuk meninggalkan hal-hal yang membuat cemas orang tua, tetangga, dan orang-orang terkasih lainnya. Masih banyak hal baik yang bertebaran dan dapat dilakukan di sekitar. Ia juga berpesan kepada para orang tua untuk luangkan sedikit waktu di tengah kesibukan untuk putra-putri mereka. Memberi kesempatan untuk mendengarkan keluh kesah, mereka terutama saat pendemi tentunya memberi dampak yang baik. “Untuk ibu dan bapak guru, terus motivasi murid-murid, jangan kendor sebab para guru ini cenderung lebih mendengarkan anak ketimbang orang tuanya,” pesannya. (mal/psn)