KARAWANG

Guru Diminta Mengajar dengan Kasih Sayang

KARAWANG, RAKA – Guru setingkat PAUD diminta untuk dapat menerapkan strategi fun education model dalam rangka mengimplementasikan Kurikulum Merdeka belajar.
Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan, pendidikan anak usia dini ini membutuhkan metode pembelajaran yang dapat menggembirakan. Sehingga mereka dapat merasakan kehangatan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. “Pendidikan anak usia dini ini butuh semacam metode yang sifatnya fresh. Jadi belum perlu untuk didekati dengan model pendidikan yang sifatnya skolastik,” ujarnya usai menjadi narasumber dalam acara workshop pendidikan di hotel Mercure Karawang, Senin (24/10).
Huda yang juga Ketua PKB Jawa Barat menginginkan, para guru TK atau PAUD ini untuk menerapkan metode belajar yang sifatnya membangun kesadaran untuk berani dan merasa disayangi. “Harus menerapkan model pembelajaran yang sifatnya bisa menyapa secara lebih hangat kepada siswa-siswi kita,” imbuhnya.
Sekretariat Ditjen Pokja Perencanaan dan Efektivitas Guru dan Tenaga Pendidikan Andhika Ganendra, meminta guru agar dapat berkonsentrasi dalam membimbing untuk mencerdaskan siswa-siswinya. Karena siswa yang saat ini dibimbing bisa jadi membuat perubahan di tahun 25 atau 30 tahun kedepan. Sebagaimana dihadapan sejumlah guru yang hadir, Andikha mencontohkan ada seorang anak yang memiliki pendidikan kurang bahkan siswa tersebut sampai membenci mata pelajaran di bidang eksakta atau matematika saat masih duduk di bangku SD. Lambat laun siswa itu berubah pikiran ketika duduk di kelas 2 SMP, karena saat itu menemukan guru yang mengajarkannya dengan rasa kasih sayang. Kemudian siswa tesebut selalu belajar di rumah karena tidak ingin mengecewakan gurunya.
Lanjut Andhika, saat siswa yang membenci pelajaran matematika semasa SD nya itu, lalu siswa tersebut menjadi murid terpintar untuk pelajaran matematika ketika kelas 3 SMP. Akhirnya siswa tersebut mewakili sekolahnya untuk mengikuti cerdas cermat tingkat kabupaten. Dengan rasa percaya dirinya itu siswa tersebut mulai mempelajari semua pelajaran eksakta. Kemudian di kelas 2 SMA, siswa tersebut mengikuti olimpiade fisika di bawah asuhan prof Yohanes Surya.
Singkat cerita, Andhika menyebut baru-baru ini siswa tersebut mengusulkan untuk rekrutmen guru itu tidak boleh hanya diseleksi berdasarkan kognisinya saja, tapi harus diseleksi juga kepribadiannya. “Intinya saya mau semua anak punya pola pikir sama seperti anak itu. Gimana caranya semua rakyat Indonesia seperti dia, nah butuh guru yang memiliki ikatan dengan siswa. Dan itu dibutuhkan kemampuan hati yang luar biasa,” katanya, saat ditanya usai acara workshop pendidikan. (mra)

Related Articles

Back to top button