HEADLINE

Trayek Terminal Klari Tersisa 20 Angkot, Sehari Sopir Hanya Dapat Rp50 Ribu

KARAWANG, RAKA – Jumlah angkutan kota atau angkot semakin menurun. Seiring perkembangan teknologi, moda transportasi itu seolah tersingkirkan. Penghasilan sopir angkot pun tak lagi menentu.
Wawan (60), warga Dusun Jenebin, Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, mengaku sejak ramai adanya taksi online di Karawang, turut berdampak pada penghasilannya. Ia mengaku setiap hari paling bawa uang Rp50 ribu. “Dulu sebelum ada (transportasi) online bisa sampai bawa uang Rp100 ribu,” kata Wawan, sopir angkot trayek 02 saat ditemui di depan stasiun kereta Karawang, Kamis (21/7).
Lebih lanjut, Wawan sopir angkot trayek Johar-Tuaprev-Niaga mengaku jarang membawa penumpang sampai penuh. Meski begitu, pihaknya terus melakoni kerjaannya lantaran tidak ada pekerjaan lain. “Dari pada nganggur mending nyopir aja walupun penumpangnya sepi,” katanya, yang sudah 20 tahun jadi sopir angkot.
Sopir angkot lainnya pun merasakan nasib yang sama. Dodo (68), warga Desa Sukaharja mengaku, sejak pandemi Covid-19 pendapatannya menurun drastis. Selain itu angkutan online juga menjadi salah satu dampak negatif baginya. “Saya pernah seharian nyopir dapat uang cuma Rp6000. Paling banyak dapat uang Rp50 ribu,” kata Dodo, sopir angkot trayek 63.
Bidang moda transportasi pada Organisasi Angkutan Darat (Organda) Karawang Mansur, mengakui saat ini angkot yang beroperasi di wilayah kota Karawang mengalami penurunan. Misalnya angkot trayek Terminal Klari, Tuparev, Baypass itu hanya ada 20 yang masih beroperasi dari total 80 angkot. Belum lagi trayek lainnya.
“Yang masih bertahan itu angkot trayek Rengasdengklok-Tanjungpura dan Cilamaya. Karena di sana bukan termasuk wilayah kota,” ujarnya.
Mansur yang juga mantan pengusaha angkot itu memprediksi bahwa lambat laut angkot di wilayah kota ini akan tersisihkan karena seiring perkembangan zaman dan teknologi.
“Dulu saya punya 12 angkot, sekarang sudah dijual semua,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Back to top button