PURWAKARTA

Harga Kedelai Diprediksi Terus Naik Hingga Pertengahan Tahun 2022, Ini Penyebabnya

Perajin tahu di Purwakarta saat menunjukkan tempat produksinya yang mogok.

PURWAKARTA,RAKA – Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Kabupaten Purwakarta terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak mengantisipsi penghentian produksi tempe tahu oleh produsen akibat tingginya harga kedelai impor.

Kepala DKUPP Kabupaten Purwakarta Dra. Hj. Karliati Juanda, melalui Kepala Bidang Perdagangan, Wita Gusrianita, mengamini adanya kondisi para pedagang tahu dan tempe di Kabupaten Purwakarta yang susah. Sebab, harga bahan pokok tahu dan tempe atau kedelai memang terus mengalami kenaikan. Menurutnya, kondisi tersebut dipicu oleh kenaikan harga impor kedelai dari luar negeri. “Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan importir lagi susah, Amerika, Cina sebagai negara importir lagi banyak permintaan. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga mendorong importir untuk tetap menjaga ketersediaan mengingat terdapat 150 ribu perajin tahu tempe yang perlu dijaga keberlangsungan usahanya,” jelas Wita.

Informasi dari Kementerian Perdagangan, sambung dia, perkembangan harga CBOT, harga kedelai akan terus mengalami kenaikan hingga pertengahan tahun 2022 akibat meningkatnya inflasi di negara produsen, shortgae tenaga kerja dan adanya kenaikan sewa lahan yang mengakibatkan petani menaikkan harga kedelainya. Selain itu, kata Wita, terdapat gangguan cuaca di negara produsen dan adanya peningkatan pembelian kedelai dari Cina akibat adanya restrukturisasi di bidang peternakan. “Kenaikan harga kedelai ini tentu akan berdampak pada penyesuaian harga produk turunan kedelai. Upaya pemerintah untuk mengatasi kenaikan harga kedelai dimaksud saat ini masih menunggu pembahasan lebih lanjut di tingkat Menteri. Saat ini harga kedelai di Purwakarta mencapai Rp16 ribu rupiah,” katanya.

Wita berharap perajin tahu dan tempe tetap menjalankan produksinya agar tahu dan tempe tetap tersedia untuk pasaran. Adapun untuk mensiasati ketersediaan tempe dan tahu, perajin dapat menyesuaikan nilai produksi dengan nilai jual ke pasaran dan memodifikasi ukuran tahu dan tempe. “Kalau saya sih berharap para pedagang bisa tetap produksi, misalnya dengan cara mengurangi ukuran tahu tempe di pasaran atau menaikkan harga jual sesuai dengan nilai produksi, dengan begitu para pedagang bisa tetap menjalankan roda perekonomiannya dan ketersediaan tahu tempe tetap ada di pasaran,” ungkap Wita. (gan)

Related Articles

Back to top button