Program Pengalaman Lapangan Menantang

KARAWANG, RAKA – Program Pengalaman Lapangan (PPL) menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa, karena mereka bisa menambah wawasan dan pengalaman tentang profesi sesuai jurusan yang diambil. Begitupun dengan Santi Ayu Rakhmawati, mahasiswa Prodi PIAUD yang kini tengah menjalani PPL di TKIT Al-Irsyad. “Jadi senang juga sih adanya PPL ini, menantang diri,” ungkapnya kepada Radar, Minggu (17/11).
Santi panggilan akrabnya, mengaku sebelum PPL juga menyambi menjadi guru SD selama 3 semester. Namun harus berhenti karena kewajibannya sebagai mahasiswa untuk mengikuti PPL. Menurutnya, siswa SD lebih mudah diberi arahan, sedangkan siswa TK lebih sulit dan perlu kesabaran dan strategi tertentu agar bisa mengarahkan mereka. Misalnya dengan nyanyian dan tepukan. “Ya memang sih niat kita mengajar di TK itu bermain sambil belajar,” tuturnya.
Ia mengatakan, banyak manfaat yang dapat dia ambil dari PPL. Selain mengukur kemampuan tentang mata kuliah yang telah dipelajari selama 7 semester, PPL juga menambah wawasan mengenai proses mengajar langsung di hadapan anak-anak usia dini, dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Selama ini di perkuliahan dia hanya dapat mengawang-ngawang tentang pembelajaran, itupun teman kelasnya yang menjadi murid. “Pernah sih sesekali ke PAUD atau TK, tapi kan gak sepenuhnya ngajar di sana, gak setiap hari kita stay,” ujarnya.
Selain itu, dia mendapat bekal dan pengalaman yang akan berguna saat dia menjadi guru setelah lulus nanti. Selama PPL, dia dituntut membuat RPPH dan RPPM sebagaimana guru sesungguhnya. Ia juga ditutut untuk bisa membuat berbagai media pembelajaran, seperti permainan dan juga lagu-lagu yang mendukung proses pembelajaran. Meski begitu, dia tetap dibantu oleh guru pamong di sekolah tempatnya melakukan PPl, yang mengarahkan dan mengajarkannya tentang dunia pendidikan anak usia dini.
Mahasiswa yang juga ingin menjadi psikolog ini, berbaik hati memberi tips bagaimana mendidik anak usia dini. Menurutnya yang paling penting adalah mengenal karakter personal setiap anak yang akan dididik. Setelah itu, melakukan pendekatan yang baik dengan sesuatu yang dapat memancing perhatian anak terhadap pendidik, misalnya mengoptimalkan mimik muka saat mendongeng. Yang tak kalah penting adalah pendidik harus bisa masuk ke dunia anak. Apabila anak sedang tidak semangat, jangan dibiarkan. Melainkan diajak untuk berbicara dan beri perhatian. “Intinya kalau sudah kenal satu sama lain, dan masuk dalam dunianya insya Allah mudah dalam mengajar,” pungkasnya. (cr5)