28 Pelajar, 25 Mahasiswa HIV
KARAWANG, RAKA – Seks bebas yang sudah dianggap ‘biasa’ di kalangan anak-anak muda, membuat jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Karawang sangat mengkhawatirkan.
Juru Biacara Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Karawang Yana Aryana mengatakan, rata-rata warga terjangkit HIV/AIDS berusia produktif yakni 20-29 tahun. Dari data tersebut terdapat puluhan pelajar dan mahasiswa. “Angka kumulatif usia produktif yang terinfeksi itu ada 684. Untuk pelajar ada 28 orang dan mahasiswa 25 orang,” kata Yana.
Yana menuturkan, penyebab kebanyakan penderita HIV/AIDS karena melakukan hubungan seksual sesama jenis. “Homo seksual merupakan penyebab yang paling banyak orang menderita atau terkena HIV AIDS,” tuturnya.
Homo seksual bukan merupakan naluri alamiah dari sifat manusia, tetapi ada faktor-faktor yang menyebabkan seseorang itu ketagihan melakukan hal seperti itu. “Kebanyakan orang yang melakukan homo seksual karena pengaruh dari pergaulan dan pernah mengalami pelecehan seksual oleh orang dewasa, sehingga membuat trauma dan membalas dendam melalui hal yang serupa,” pungkasnya.
Yana mengimbau masyarakat wajib setia terhadap pasangan dan menghindari seks bebas. Ia juga meminta warga yang mengalami gelaja HIV/AIDS segera memeriksakan diri. “Yang punya prilaku atau gejala ayo tes, semakin cepat semakin baik dalam penanganan, HIV sudah ada obatnya,” imbaunya.
Yana menambahkan, kasus dari Januari sampai Juni 2022 ada sebanyak 157 pasien baru. “Di Kabupaten Karawang itu kita menyebarluaskan informasi kepada seluruh masyarakat. Ini menjadi tanggungjawab bersama dan harus ikut terlibat, kasus baru sepanjang tahun 2022 sampai Juni ada 157,” tambahnya.
Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Karawang Atta Subagjadinata mengungkapkan, langkah strategis mengurangi peningkatan HIV/ AIDS dapat dilakukan dengan cara mengunci seluruh penderita. Kemudian diberikan pengobatan secara terus menerus. Sosialisasi kepada pelajar pun perlu diberikan. “Bagi masyarakat yang sudah terpapar kita dapat mengunci atau mengisolasi mereka dan bagi yang belum terpapar dapat diberikan edukasi mulai dari tingkat pelajar,” ujarnya.
Penyakit ini akan susah terdeteksi untuk pasangan sesama jenis. Hal tersebut dikarenakan adanya komunikasi yang dilakukan melalui sosial media. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah daerah saat ini. “Peningkatan penyakit ini sebagian besar dibawa dari pasangan sesama jenis. Saat ini kami mengalami kesulitan untuk mendeteksi pasangan sesama jenis,” tambahnya. (nce/nad)