463 Siswa Gagal Masuk Tahap Satu
SEPI: Dua orang perempuan melintasi gerbang SMKN 1 Rengasdengklok, kemarin.
RENGASDENGKLOK, RAKA – Kampanye Pemerintah Kabupaten Karawang yang menyatakan sekolah negeri dan swasta sama saja, ternyata tidak begitu kenyataannya. Masyarakat masih berorientasi pada sekolah negeri.
Di SMKN 1 Rengasdengklok misalnya. Dari kuota tahap pertama 303 kursi, pendaftar mencapai 869 orang. Roni Guproni, ketua Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMKN 1 Rengasdengklok mengaku dari 869 orang yang mendaftar, ada 766 orang yang terverifikasi. Dan sebanyak 463 siswa gagal di tahap pertama.
Ia melanjutkan, siswa yang tidak lolos di tahap pertama bisa daftar lagi di tahap dua yang akan dibuka pada 25 Juni sampai 1 Juli. Namun mereka harus daftar dari awal lagi tidak seperti tahun kemarin, siswa yang sudah daftar dan tidak lulus hanya bisa dengan konfirmasi pihak sekolah. Kemudian kata Roni, untuk siswa yang dinyatakan lulus di tahap pertama ini murni dari provinsi, dan pihak sekolah hanya memverifikasi pendaftar dan menginformasikan kelulusan. “Gelombang satu (kemarin) jalur afirmasi, jalur anak guru, perpindahan orang tua, ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) sama rapor unggulan,” katanya.
Kuota daya tampung PPDB SMKN 1 Rengasdengklok, kata Roni, sebanyak 504 siswa untuk 14 rombongan belajar dari empat jurusan. Dengan rincian Teknik Mesin Industri (TMI) tiga kelas untuk 108 siswa, Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) dua kelas untuk 72 siswa, Teknik dan Bisnis Sepeda Motor tiga kelas untuk 108 siswa, kemudian jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) tiga kelas untuk 108 siswa dan Teknik Elektronik Industri (TEI) tiga kelas untuk 108 siswa. “Yang lolos hari ini 303 dan nanti (kouta) gelombang dua 201 orang (karena) gelombang dua 40 persen,” katanya.
Roni menambahkan, siswa yang daftar di gelombang satu didominasi oleh lulusan SMP bukan MTs, pihaknya mengaku pengumuman sudah bisa dilihat melalui online sejak pukul 14.00. “Memang seharusnya jam dua tepat itu sudah bisa dilihat, karena tadi ada kendala jadi bisa dibuka jam dua lebih,” tuturnya.
Kepala Cabang Dinas Wilayah 4 Ai Nurhasan mengatakan masih mendata berapa banyak siswa yang mendaftar, dan lulus pada tahap satu. “Ini masih mendata,” singkatnya.
Sementara untuk di seluruh Jawa Barat, jumlah kuota seleksi PPDB SMA/SMK di Jawa Barat pada tahap pertama tidak terpenuhi. Sejauh ini dari 204.845 pendaftar yang diterima sebanyak 111.976, sementara kuotanya 149.977 siswa. “Artinya dari jumlah yang diterima itu tidak juga memenuhi kuota yang 50 persen, baik dari jalur afirmasi, prestasi dan jalur perpindahan,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Dedi Supandi, saat dihubungi via telepon seluler, Kota Bandung, Senin (22/6).
Menurutnya, penyebab masih belum terpenuhi kuota SMA itu karena mayoritas siswa maupun orang tua hanya mendaftar di satu sekolah. Sehingga masih ada sekolah-sekolah yang kosong. Sementara untuk jenjang SMK, kebanyakan mendaftar di satu jurusan saja, sehingga banyak jurusan lain yang kosong. Padahal pihak panitia PPDB telah memberikan penjelasan terkait informasi dan grade terkait jurusan yang didaftarkan. “Jadi akhirnya ada 12,6 persen, kuota SMA/SMK yang disiapkan di tahap pertama akan dialihkan ke tahap kedua. Untuk kuota zonasi ditambah 62,6 persen. Ini memberikan peluang lebih besar kepada jalur zonasi,” terangnya.
Selain itu, dengan membludaknya warga yang mengakses situs PPDB Jabar, menyebabkan server terganggu. Sehingga berimbas pada pengumuman hasil seleksi PPDB SMA/SMK yang sulit diakses. “Ini menjadi evaluasi untuk kedepannya, karena dengan membludaknya warga yang mengakses ke link tersebut, maka ada yang bisa dan enggak,” ujarnya.
Dengan demikian, pihaknya mempersiapkan dua cara mendaftar PPDB untuk tahap kedua, yakni secara daring (online) dan luring atau datang ke lokasi. Namun untuk jalur luring, tetap harus memperhatikan protokol kesehatan, seperti ada alat cuci tangan, handsinitizer, memperhatikan jarak dan lain sebagainya. “Tadi meninjau di SMAN 8 Bandung, untuk melihat persiapan daftar ulang luring. Di sana sudah memenuhi protokol kesehatan dan ada jalur masing-masing. Di sekolah juga ada posko untuk informasi pengaduan dan lain sebagainya,” tuturnya.
Disinggung jalur tenaga kesehatan (nakes), untuk kuota ada yang terpenuhi dan tidak, tergantung dari kondisi peserta yang bersangkutan. Pada tahap pertama ada jalur afirmasi yang terdiri dari jalur nakes dan KETM (Keluarga Ekonomi Tidak Mampu). “Ada yang jalur prestasi berlebih, ada yang afirmasinya berlebih. Akumulasi tadi, dari jumlah pendaftar kuota di tahap pertama yang 50 persen ini belum tercapai,” tambahnya. (mra/psn)