ABG Biasa Nonton Porno
-65 Persen Sudah Kecanduan
KARAWANG, RAKA – Pesatnya perkembangan teknologi seperti pisau bermata dua. Jika disalahgunakan bisa merusak bahkan membunuh masa depan. Diantaranya kemudahan mengakses pornografi di gadget. Itu yang kini meresahkan para orangtua dan guru.
Sebut saja Jidan (15), anak berpakaian putih bercelana biru yang ditemui Radar Karawang di lapangan Karangpawitan, mengaku pernah menonton film porno di smartphone saat nongkrong bersama teman-temannya. “Pernah..hehehe..Sudah biasa (nonton porno),” ungkapnya.
Remaja berperawakan kurus, berambut pendek, yang mengaku duduk di bangku kelas IX itu sudah tidak aneh dengan adegan tidak senonoh. Begitu pula teman-temannya, film porno sudah biasa ditonton di waktu senggang. “Tinggal ketik aja di medsos. Pasti keluar gambar telanjang,” katanya.
Hal sama dikatakan MR (17). Remaja yang duduk di bangku kelas XII SMK swasta ini sudah pernah menonton porno. Jika tidak di smartphone, di warung internet. “Banyak kok temen-temen yang lain juga. Bukan saya aja yang suka nonton porno mah,” katanya saat ditemui di GOR Panatayudha.
Teman setongkrongan MR, BD (17) juga mengaku film porno bukan hal aneh bagi remaja seusianya. “Mudah kok kalau cuma mau nonton yang begituan mah,” tuturnya.
Seorang siswa SMP di Kotabaru yang meminta identitasnya disembunyikan mengatakan, lebih sering menonton video porno di handphone daripada mencari ilmu pengetahuan. “Setelah nonton porno, saya juga pernah begitu, hehe,” ungkapnya.
Pelajar lainnya mengaku jarang menggunakan handphone untuk belajar, justru sering digunakan main game. “Pernah sih dipakai nonton video porno. Paling digunakan belajar kalau ada tugas dari sekolah saja,” akunya.
Ia melanjutkan, agar bisa berselancar di dunia maya, dia menyisihkan uang saku sampai berani berbohong kepada orang tua agar bisa dibelikan pulsa. “Jarang ada kuotaan sih. Paling beli pulsa yang 5 sampai 10 ribu buat dipaketin. Kepakai dua sampai tiga hari mah,” tuturnya.
Berbeda dengan AN, warga Rengasdengklok yang baru lulus SMP dan akan melanjutkan ke tingkat SMA mengaku sempat mendengar cerita dari temannya terkait situs porno di internet. “Tahu ada situs porno tapi kata temen, saya gak tahu kalau nama aplikasinya, cuma (temen) suka cerita gitu,” jelasnya.
Ia mengaku tidak pernah mengakses situs prono, bahkan situs dan aplikasinya pun tidak punya. Apalagi sampai melakukan zina. Lebih dari itu, AN mengaku sempat mendengar cerita kalau anak sesuianya pernah melakukan hubungan intim. “Iya ada aja sampai kayak gitu (melakukan hubungan intim),” ujarnya.
Keranjingan film porno ternyata berdampak terhadap prilaku menyimpang para pelajar. Diantaranya seks bebas. Menurut data dari Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Karawang, ada 9 remaja mengidap HIV pada bulan Januari-Februari 2023. “Mereka berusia sekitar 15 hingga 19 tahun,” kata staf KPA Awan Gunawan.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti
mengatakan, merujuk hasil survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dengan Katapedia yang dirilis tahun 2016, kata Retno, paparan pornografi mencapai 63.066 melalui Google, diikuti Instagram, media online, dan berbagai situs lainnya.
“Ini belum dampak buku bacaan seperti komik, buku cerita yang ada unsur pornografinya. Survei lainnya dari Kementerian Komunikasi dan Informatika mengungkapkan ada 65,34 persen anak usia sembilan hingga 19 tahun yang menggunakan gawai atau gadget dalam mengakses pornografi,” ulas Retno.
Praktisi Informasi dan Teknologi (IT) Nina Sulistiyowati, mengingatkan orang tua mesti khawatir akan dampak negatif bagi anak-anak sebab penggunaan gawai yang berlebihan. Konten yang salah dari game atau tontonan pada gawai akan membuat perubahan perilaku anak ke arah negatif. Bukan hanya itu, anak-anak pun rentan menjadi korban predator seksual di dunia maya. “Pilih program pendidikan yang bermutu, usahakan orang tua ikut menonton saat anak menggunakan gawai,” ucap Nina. (nad/psn)