HEADLINE

Belum Semua Siswa Paham Kurikulum Merdeka

KARAWANG, RAKA – Kurikulum Merdeka sudah diterapkan di semua sekolah di Kabupaten Karawang. Namun, pada awal-awal penerapan ini, belum semua siswa memahaminya. Bahkan, siswa harus mencari di Google untuk menambahkan informasi mengenai kurikulum baru ini.
Syauqina Berlianty Tahira, siswi kelas 7J SMPN 2 Telukjambe Timur menuturkan, untuk awal pembelajaran ia tidak mengerti dan memahami apapun perihal P5. Kemudian ia mengambil langkah dengan belajar melalui google. Ia merasa bersyukur telah diberikan materi pembelajaran tersebut. “Saya melihat di internet supaya bisa memahami dan menerapkannya. Supaya saat di sekolah tidak mengalami kesusahan lagi,” paparnya.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMPN 2 Telukjambe Timur Rukmini memaparkan, saat ini di SMPN 2 Telukjambe Timur telah menggunakan kurikulum merdeka. Kurikulum tersebut sekarang hanya digunakan bagi kelas 7 saja. Ia menambahkan bagi kelas 8 dan 9 mengikuti kurikulum 2013, meski begitu tetap diwajibkan untuk memasukkan P5. “Alhamdulillah untuk tahun 2022/2023 kami sudah menjalan kurikulum merdeka berubah untuk kelas 7. Kelas 8 dan 9 mengikuti Permendikbudristek, mereka masih menerapkan kurikulum 2013 namun tetap harus memasukkan P5 juga,” ujarnya.
Dalan kurikulum tersebut terdapat perbedaan di selama satu jam akan diberikan materi perihal P5. Ia menambahkan, pemberian materi tersebut dilaksanakan setiap Jumat. Anak diwajibkan untuk lebih interaktif dan kolaboratif. Bagi instansi SMP maka diwajibkan untuk mengambil tiga tema. “Kalau soal interaktifnya sebenernya sama dengan kurikulum sebelumnya. Bedanya beban belajarnya satu jamnya untuk proyek alokasinya. Semua sekolah SMP diwajibkan untuk tiga tema,” tambahnya.
Seluruh tema tersebut telah ditentukan dari Kementerian Pendidikan. Tahun pertama saat ini pihak sekolah mengambil tema tentang gaya hidup berkelanjutan dengan sub tema penghijauan. Selanjutnya nanti akan membuat vertikal garden di sekolah sebagai projek. “Kita menyepakati untuk mengambil tiga tema saja. Sekarang itu kita ambil tema gaya hidup berkelanjutan dengan tema judulnya penghijauan. Projek yang akan kita garap vertikal garden,” imbuhnya.
Ia mengakui pada saat awal penerapan mengalami kendala yang terjadi. Kendala tersebut yakni siswa tidak memahami perihal tentang P5. Ia mengambil langkah dengan membuat modul belajar yang telah disesuaikan dengan karakter dan budaya di sekolah. Kemudian ada pula pembuatan jadwal belajar bagi guru dan siswa. Selanjutnya diberikan senam bagi siswa. “Pasti untuk program baru akan bingung, jadi saya sebagai wakasek kurikulum membuat modul yang bisa dipahami guru dengan siswa. Saya juga membuat jadwal belajar yang menyenangkan,” ungkapnya. (nad)

Related Articles

Back to top button