HEADLINE
Trending

Cerita Petugas SPBU Memilih Tidak Pulang Demi Layani Pemudik

RadarKarawang,id – Di tengah sibuknya lalulintas di penuhi para pemudik dari berbagai kota untuk pulang ke kampung halaman, ada cerita petugas SPBU memilih tidak mudik untuk layani pemudik.

Saat Minggu (30/3) siang terik sinar matahari di Jalur Pantura yang semakin menyengat, aktivitas di SPBU Pertamina 34.41304 di Jalan Raya Pancawati, Kecamatan Klari kian sibuk. Antrean kendaraan pemudik yang mengisi bahan bakar tak kunjung surut.

Di antara riuhnya suara mesin dan obrolan para pemudik, seorang perempuan dengan seragam merah khas Pertamina tetap sigap melayani setiap kendaraan yang datang. Dialah Zahwania Esti, seorang operator SPBU yang tahun ini memilih untuk tidak mudik ke kampung halamannya di Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.

Di saat sebagian besar orang sedang berkemas untuk pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga, Zahwania justru tetap berada di posnya.  SPBU tempatnya bekerja yang biasanya hanya beroperasi hingga pukul 21.00, kini harus beroperasi selama 24 jam penuh demi melayani para pemudik.

Itu berarti, waktu istirahatnya menjadi lebih sedikit, dan kerinduannya terhadap orang tua harus ia pendam lebih dalam. Setiap kali ia melayani pemudik yang datang membawa keluarga dan anak-anaknya yang tengah tertidur di bangku belakang, wajah perempuan yang sibuk menyiapkan uang, dan laki-laki yang tersenyum lega setelah berhasil menemukan SPBU di tengah perjalanan panjang, ada perasaan yang sulit dijelaskan dalam hatinya.

“Rasanya ingin sekali ada di salah satu kendaraan itu, pulang, melihat wajah ibu dan bapak, mencium tangan mereka, makan masakan rumah. Tapi saya juga tahu, tugas saya di sini sama pentingnya,” ujar Zahwania dengan suara yang sedikit bergetar.

Baca juga: Jalan Arteri Karawang Rusak, 59 Pemudik Jadi Korban Kecelakaan

Meski ada rasa rindu yang menggelayut, ia tidak pernah mengeluh. Baginya, membantu para pemudik agar perjalanan mereka lancar adalah bagian dari tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sepenuh hati.

“Saya membayangkan, kalau semua pekerja SPBU memutuskan untuk mudik, lalu siapa yang akan melayani mereka? Bagaimana jika mereka kehabisan bensin di jalan dan tak menemukan tempat mengisi bahan bakar?” katanya.

Hari-hari menjelang lebaran adalah masa paling sibuk bagi Zahwania dan rekan-rekannya.  Mobil datang tanpa henti, pengemudi yang lelah, penumpang yang gelisah ingin segera sampai tujuan. Dalam kondisi seperti itu, ia tetap menjaga senyum dan melayani dengan sepenuh hati.

Tak jarang, ada pemudik yang bertanya, “Mbak nggak mudik?” Zahwania hanya tersenyum dan menjawab ringan, “Belum bisa tahun ini, Pak,”

Padahal di dalam hatinya, ada rasa yang tak bisa ia ungkapkan. Setiap kali menerima uang dari tangan pemudik, setiap kali mengucapkan “Selamat jalan, hati-hati di jalan,” ada doa yang ia titipkan dalam diam, doa untuk para pemudik agar sampai ke tujuan dengan selamat, dan doa untuk dirinya sendiri agar tetap kuat menjalani tugas ini.

Tonton juga: Gagal Jadi Gubernur DKI, Rumah Digeledah KPK

Banyak orang tidak menyadari bahwa di balik kelancaran arus mudik, ada orang-orang seperti Zahwania yang harus rela berkorban.  Mereka tidak tampil di berita utama, tidak mendapat tepuk tangan, tetapi tanpa mereka, perjalanan pulang kampung jutaan orang mungkin tidak akan semudah ini.

Saat ditanya apakah ia merasa sedih karena tidak bisa mudik, Zahwania hanya menghela napas dan tersenyum kecil. “Lebaran bukan hanya tentang pulang kampung. Lebaran itu tentang berbagi dan membantu sesama. Kalau saya bisa sedikit meringankan perjalanan pemudik, itu sudah cukup buat saya,” katanya.

Meski tahun ini, Zahwania belum tidak bisa merasakan hangatnya pelukan orang tua di kampung halaman, tidak bisa mencicipi masakan ibunya, atau duduk bersama keluarga besar di ruang tamu yang penuh canda setelah shalat ied, demi menjalankan tugasnya dengan hati yang penuh.

Zahwania masih berdiri di tempatnya, melayani dengan senyum, menahan rindu yang belum bisa terobati. “Mungkin kali ini belum bisa pulang sebelum lebaran, tetapi ia yakin, suatu saat nanti, pengorbanannya akan terbayarkan,” tutupnya. (uty)

Related Articles

Back to top button