Hajat Bumi Minim Dukungan Desa, Hanya Digelar Komunitas
RENGASDENGKLOK, RAKA – Panitia Hari Besar Islam (PHBI) kembali menggelar pesta hajat bumi di area Monumen Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok.
Hajat bumi atau kerap disebut dengan babarit di tugu bersejarah itu, rutin dilaksanakan setiap tanggal 17 hapit atau Dzulqadah. Tahun ini merupakan kali ke empat masyarakat menggelar hajat bumi di Tugu Kebulatan Tekad. “Acara babarit atau hajat bumi ini sudah empat kali dilaksanakan di area Monumen Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok. Setiap tanggal 17 hapit,” kata Daday, sekjen PHBI Rengasdengklok, Selasa (6/6).
Lebih lanjut Daday mengatakan, babarit ini dilaksanakan untuk mengangkat kembali budaya dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan nikmat. “Kita bersyukur kepada Allah SWT, apa yang telah kita capai selama ini dengan hasil bumi maupun yang lainnya,” imbuhnya.
Daday menyebut, kegiatan ini diikuti oleh sejumlah komunitas seperti Bale Hideung, sepeda ontel, termasuk masyarakat setempat. Dan kata Daday, rencananya kegiatan ini juga akan melibatkan semua desa se-kecamatan Rengasdengklok. Namun hal tersebut tidak direspon oleh desa lainnya. “Tapi respon dari desa lain kurang mendukung,” imbuhnya.
Meski begitu kegiatan hajat bumi dengan tema Dengklok Ngageuing, Dengklok Mieling ini berlangsung lancar. Kegiatan itu dimulai dengan arak-arakan membawa benda pusaka sekaligus mengibarkan bendera merah putih dari Makam Kapten Masrin menuju pendopo Tugu Kebulatan Tekad. (mra)