Jalupang Overload
-Bongkar Muat Berjam-jam

KOTABARU, RAKA – Siapa yang tidak tahu Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Jalupang di Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru. Lokasi satu-satunya pembuangan akhir sampah warga Karawang itu kondisinya sudah overload. Sampah menggunung, bahkan untuk bongkar muat truk sampah saja hingga berjam-jam.
Herman (56). seorang sopir yang mengangkut sampah dari salah satu perumahan di Kotabaru. Herman mengatakan, pekerjaanya saat membuang sampah jadi terkendala lantaran lamanya mengantre di TPAS Jalupang. “Lama antre bongkarnya. Kalau saya datang pagi operator bekonya belum datang, kalau datang siang antrenya lama,” ujarnya, kepada Radar Karawang, Selasa (17/1).
Terlebih, kata dia, saat salah satu beko di lokasi TPAS rusak atau sedang terjadi trouble. Otomatis antrean akan sangat lama sehingga angkutan menjadi terhambat. “Kalau beko rusak kita juga pusing. Datang jam 10 bisa-bisa bongkar jam 2 siang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia berharap di TPAS Jalupang diadakan alat berat tambahan agar bisa beroperasi dengan baik dan tidak menjadi kendala saat proses pembuangan sampah dari masing-masing armada pengangkut sampah. “Kalau ada minimal 5 alat berat baru lancar. Misalnya 2 untuk bongkar dan 3 untuk mengeruk,” ujarnya.
Dian Nugraha, pegiat lingkungan di Kotabaru mengatakan, Pemerintah Kabupaten Karawang harus segera membuat kebijakan yang fokus terhadap pengelolaan sampah di TPAS Jalupang. Karena saat ini kondisi TPAS Jalupang sudah sangat menumpuk dan menggunung. Selama ini, kata dia, tidak ada inovasi pengelolaan sampah yang dilakukan Pemda Karawang untuk mengatasi penumpukan sampah tersebut. “Karena selama ini belum ada pengelolaan, yang ada hanya penumpukan,” ujar Dian.
Menurutnya, upaya penambahan lahan untuk perluasan TPAS bukan solusi yang harus diambil oleh Pemda Karawang. Sebab perluasan TPAS hanya akan menambah luas penumpukan dan penggunungan sampah di wilayahnya. “Kalau tidak ada pengelolaan walaupun sudah diperluas, pasti menggunung lagi. Mau sampai kapan? Mau diperluas berapa hektare lagi?” ujar mantan Ketua Karang Taruna Kecamatan Kotabaru itu.
Sementara, lanjut dia, tidak sedikit masyarakat di sekitar Jalupang yang kini mengeluhkan kondisi bau yang bersumber dari tumpukan sampah di TPAS Jalupang. Selain itu, para petani juga merasa tidak nyaman dengan resapan air sampah yang masuk ke sawah, dan menimbulkan bau.
“Mungkin nanti saya dan tim akan mencoba ambil sampel beras yang dihasilkan dari sawah yang terdampak oleh resapan air sampah. Nanti akan kami cek padi yang ditanam di sekitaran Jalupang, layak atau tidak untuk dikonsumsi. Jika tidak layak, kami akan segera mengambil tindakan jalur hukum,” ujarnya. (nce)