HEADLINE

Jumlah Perajin Keramik Terus Berkurang
-Anak Muda Lebih Pilih Kerja di Pabrik

PURWAKARTA, RAKA – Kerajinan gerabah keramik di Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, sudah dimulai sejak puluhan tahun lalu. Berkembangnya gerabah keramik di Desa Anjun setelah berdiri gedung yang menyerupai pabrik berlokasi di Jalan Raya Plered.
Bangunan itu resmikan Wakil Presiden RI pertama, Mochammad Hatta, sebagai sanggar belajar bagi perajin keramik sekitar tahun 1950-an.
Warga mulai terangsang membuat kerajinan tangan berbahan dasar tanah liat itu secara turun-temurun sebagai mata pencaharian. Bahkan hingga sukses tembus pasar ekspor ke mancanegara.
Perajin gerabah keramik di Desa Anjun, Ade, mengaku menekuni kerajinan tangan ini karena hobi dan memiliki rasa keinginan mempertahankan kerajinan warisan nenek moyang agar tetap eksis di tengah minimnya generasi penerus.
“Saya menekuni gerabah keramik sejak kecil. Sampai hari ini juga tetap membuat keramik. Bertahan karena ingin keramik Anjun tetap eksis di tengah minim para perajin. Apalagi sekarang sudah menjadi ciri khas oleh-oleh Purwakarta, bahkan sudah tembus ekspor,” katanya singkat.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman, minat warga menggeluti gerabah keramik ini berangsur menurun. Data dari UPTD Sentra Kramik Plered menunjukkan, jumlah perajin pada 2010 sebanyak 1.200 orang. Sepuluh tahun kemudian menurun menjadi 824 orang dan pada 2023 tercatat menyisakan 511 perajin yang masih bertahan menekuni gerabah keramik.
“Alasannya berbagi faktor, satu di antaranya adalah generasi muda memilih kerja di pabrik atau lainnya dari pada terjun membuat gerabah keramik. Tersisa 511 orang itu juga kebanyakan lansia,” ungkap Kepala UPTD Sentra Kramik Plered Mumun Maemunah.
Mumun mengaku khawatir perajin gerabah keramik di Desa Anjun terancam lantaran dari tahun ke tahun angkanya berangsur menurun. Terjadi jumlah kenaikan para perajin apabila permintaan pasar tinggi seperti pada masa pandemi Covid-19 pasar lokal meningkat. “Para perajin yang kerja di luar atau dalam kota kembali menekuni gerabah keramik sebagai mata pencaharian. “Meningkat tapi sifatnya sementara,” imbuhnya.
Mumun tidak bisa berbuat banyak atas keputusan mereka lebih memilih bekerja di tempat lain, mengingat upah kerja membuat keramik cenderung rendah.
Selain itu, sejauh ini juga pihaknya tidak memiliki anggaran untuk melaksanakan pelatihan bagi kaum generasi muda, sebagai bentuk merangsang minat mereka terjun menggeluti kerajinan gerabah keramik. “Peran aktif pemerintah sangat diperlukan dalam hal mendorong minat warga terjun membuat keramik. Kalau soal pemasaran dari dulu juga kami bantu termasuk mengenai ekspor ke luar negeri,” lanjutnya. (gan)

Related Articles

Back to top button