Karawang Mantan Lumbung Padi Terbanyak
KARAWANG, RAKA – Karawang yang sejak dulu dikenal dengan lumbung padi, sepertinya gelar tersebut harus rela dilepas ke daerah lain. Apalagi dalam data Badan Pusat Statistik disebutkan jika Kota Pangkal Perjuangan ini berada di urutan ke dua setelah Kabupaten Indramayu penghasil terbanyak di Indonesia.
Tercatat, Kabupaten Indramayu memiliki luas panen padi 215,731 hektare. Dari luas ini, diperoleh produksi padi 1.376.429,68 ton gabah kering giling (GKG) atau produksi berasnya sebesar 789.657,71 ton. Kabupaten Karawang memiliki luas panen padi 185.807 hektare, diperoleh produksi padi 1.117.814 ton GKG sehingga diperoleh produksi beras 641,290 ton. Kabupaten Subang memiliki luas panen padi Kabupaten Subang 156.298,50 hektare, produksi padinya sebesar 942.932 ton GKG dan produksi berasnya sebesar 540.960 ton. Kabupaten Banyuasin memiliki luas panen padi 208,598 hektare, sehingga produksi padi sebesar 905.846 ton GKG dan produksi beras sebesar 519.684 ton. Kabupaten Lamongan memiliki luas panen padi sebesar 140.463,58 hektare. Dari luas panen ini, diperoleh produksi padi sebesar 839.724 ton GKG dan produksi berasnya sebesar 481.750 ton. Kabupaten Ngawi memiliki luas panen padinya sebesar 122.500,97 hektare. Dengan luas ini, diperoleh produksi padi 777.190 ton GKG atau produksi berasnya sebesar 445.874 ton. Kabupaten Bone memiliki luas panen padi 169.471,29 hektare. Produksi padinya sebesar 772.874 ton GKG atau produksi berasnya sebesar 443.398 ton. Kabupaten Grobogan memiliki luas panen padi 136.209,59 hektar, dengan produksi padi yang diperoleh sebesar 772.521 ton GKG atau produksi berasnya sebesar 443.196 ton. Kabupaten Sragen memiliki luas panen padi 111.569,05 hektare. Adapun produksi padi yang diperoleh 766.012 ton GKG atau produksi berasnya sebesar 439.461 ton. Kabupaten Cilacap
memiliki luas panen padi seluas 439.461,26 hektare. Dari luas panen ini, didapatkan produksi padi sebesar 699.965 ton GKG atau diperoleh produksi beras sebesar 401.570 ton.
Di era kejayaannya sekitar tahun 1984, padi yang dihasilkan para petani Karawang mencapai 25,8 juta ton. Produksi tersebut tidak hanya disalurakan untuk kebutuhan domestik, namun menjadi salah satu andalan komoditi ekspor Indonesia ke sejumlah negara di Asia. Tercatat warga Malaysia, Singapura bahkan Pakistan menikmati nasi dari Kota Pangkal Perjuangan. Suatu hal yang belum bisa lagi dilakukan Indonesia di era sekarang.
Kini, lahan-lahan pertanian banyak beralih fungsi menjadi kawasan industri. Itu terjadi sejak akhir tahun 1980-an, pembebasan tanah untuk pembangunan kawasan industri terus dimulai. Awal-awal dipelopori oleh Karawang International Industrial City (KIIC), kemudian dibagun pula perumahan pertama di desa yang dikenal dengan perumahan nasional (perumnas) Bumi Telukjambe. Dengan banyaknya proyek pembangunan, sawah-sawah di Karawang tergusur. Data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang mencatat, laju alih fungsi lahan dalam kurun waktu 1989-2007 mencapai 135,6 ribu hektare per tahun. Pada 1981 terdapat 12,1 juta hektare sawah di Karawang. Angkanya surut drastis pada tahun 2000, dengan tersisa 2,4 juta hektare. Dan kini tahun 2022, tinggal 97 ribu hektare sawah. Luas lahan yang diprediksi berkurang 10 ribu hektare lagi karena yang dilindungi dalam Peraturan Daerah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) hanya 87 ribu hektare.
Akibat makin sempitnya persawahan, warga beralih profesi dari petani menjadi buruh pabrik, pedagang kecil dan kuli. Hanya sebagain kecil yang tetap bertahan sebagai petani. Kesenjangan pun terlihat amat jelas antara penduduk kampung dan perumahan. Sejak dibukanya kawasan industri pada 1990-an, Karawang telah mengalami perubahan sosial yang dinamis. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Karawang, ada 1.762 pabrik berdiri.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa punya pendapat sendiri soal produsen beras terbesar nasional. Menurut Khofifah. penghasil padi tertinggi ada di Jawa Timur, yakni Ngawi. “Daerah penghasil padi terbesar itu bukan Karawang, tapi Ngawi, Madiun dan Ponorogo,” terang Khofifah.
Khofifah menyebut Jatim merupakan penghasil beras terbesar nasional selama tiga tahun terakhir. Yakni mulai 2020, 2021 dan 2022. Prestasi di sektor pertanian dan pangan itu diharapkan dapat dipertahankan dengan mengupayakan cara-cara yang ramah lingkungan dan alam. “Kita akan kuatkan produktivitas tinggi sektor pertanian (Jawa Timur) tetapi dengan metode budi daya yang ramah alam dan ramah lingkungan,” ujarnya. (psn)