Karawang Nyaman, Sulit Kerja
-Lowongan Banyak, Calo Gentayangan

KARAWANG, RAKA – Kabupaten Karawang yang terkenal dengan penghasil lumbung padi nasional serta Upah Minimum Kabupaten (UMK) tertinggi kedua di Indonesia, membuat masyarakat nyaman untuk menetap di Kota Pangkal Perjuangan.
Salah satu buruh pabrik di Karawang, Dede Muri (32) mengatakan, dirinya sangat nyaman tinggal di Karawang karena tanah kelahirannya. “Saya nyaman saja karena ini kan kampung saya sendiri,” katanya kepada Radar Karawang.
Dilanjutkannya, selain kampung sendiri, Karawang juga jadi daerah dengan gaji minimum tertinggi kedua setelah Kota Bekasi. “Nyaman banyak pabrik, cuma sayangnya masih banyak juga yang pengangguran,” tambahnya.
Reddy Mas Sahid, salah satu pegawai BUMN yang ada di Karawang mengungkapkan, sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang menjadi lumbung industri, Karawang sangat pesat dalam pembangunannya. “Pembangunan di Karawang sangat cepat buat nyaman, tapi pembangunannya coba lebih bertema dan merata,” ungkapnya.
Di sisi lain, Patriot Desa Digital Jawa Barat yang merupakan asli putra Karawang, Muhammad Rizki mengungkapkan, dirinya sangat nyaman tinggal di Karawang. Terlebih semakin membaiknya tata kelola pemerintahan di Kabupaten Karawang. “Semoga kedepanya tata ruang Karawang harus lebih sustainable (berkelanjutan) dan lebih mempermudah akses jalan ekonomi yang lebih vital,” pungkasnya.
Ketua Pemuda Tani Karawang Rifki Habibi mengungkapkan, dirinya sangat nyaman tinggal di Karawang karena kota kelahirannya. Selain itu, Karawang adalah awal mula pusat peradaban dunia. “Nyaman sih karena Karawang kedepan akan menjadi pusat peradaban masa depan dunia, terus juga ini kelahiran saya, jadi saya sangat cinta Karawang,” tandasnya.
Di sisi lain, Candra (24), warga Kecamatan Kotabaru, dia mengaku sudah dua tahun kerja di salah satu pabrik di kawasan KIIC, namun tidak diangkat jadi karyawan tetap. “Harus bayar kalau mau diangkat jadi karyawan tetap mah. Puluhan juta,” ungkapnya.
Hal serupa juga dialami Nia (21) warga Kecamatan Jatisari, dia yang sejak lulus sekolah diterima bekerja di perusahaan sepeda motor, mengaku tidak dilanjutkan kontraknya oleh perusahaan. Saat itu ada dua opsi, tidak dilanjutkan kontraknya atau diangkat jadi karyawan tetap. “Kalau mau diteruskan kontraknya juga harus bayar. Apalagi kalau mau jadi kartap (karyawan tetap),” katanya.
Pencari kerja, Enjah lewat instagram ke Wakil Bupati Karawang Aep Syaepulloh mengatakan, warga Karawang banyak yang nganggur karena akses ke dunia industri dibatasi oleh calo. “Rek gawe kudu ngaluarkeun duit puluhan juta (Mau kerja harus mengeluarkan uang puluhan juta). Rek diantep wae kitu (Mau dibiarkan saja gitu),” ungkapnya. (fjr)