KARAWANG, RAKA – Sebanyak 18 sanggar dengan 85 peserta mengikuti proses kurasi seni pertunjukan tradisional yang diadakan oleh Komite Ekonomi Kreatif Karawang.
Direktur Utama Komite Ekonomi Kreatif Karawang, Rahmat Wiguna menyampaikan, peserta yang ikut mulai dari siswa kelas 3 SD hingga tingkat SMA. Kurasi ini menggunakan sistem gugur. “Untuk tunggal ada 18 dan rampak ada 14 sanggar. Puncaknya nanti di tanggal 29 Mei di Desa Karangjaya. Mereka dari kelas 3 SD sampai SMA. Kami menilai penampilan dari fisik dan gerakan. Kami menggunakan sistem gugur untuk menentukan pemenangnya,” ujarnya, Minggu (19/5).
Zaeni, pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Karawang mengungkapkan kurasi seni pertunjukkan tradisional bermanfaat untuk melestarikan seni budaya khas Kabupaten Karawang. Hasil dari kurasi saat ini akan ditampilkan saat peresmian Desa Kreatif di Desa Karangjaya. “Mulai tahun ini kita mengadakan beberapa program, salah satunya mengkurasi dua jenis seni budaya khas Karawang yaitu Topeng Banjet dan Ketuk Tilu Jaipong Karawang. Hari ini kita mengkurasi awal Ketuk Tilu Jaipong untuk selanjutnya akan ditampilkan di puncak acara kurasi seni pertunjukan. Alhamdulillah dari hasil penilaian tim dari kementrian ekonomi kreatif, Karawang susah dinobatkan sebagai salah satu nominasi dari 8 Kabupaten sebagai Kabupaten Kota Kreatif. Untuk menuju penetapan kabupaten kreatif salah satunya adalah rangkaian dari acara ini,” ungkapnya.
Tahun 2025 mendatang, tambahnya, akan mulai dilakukan pembangunan gedung kreatif center di lahan seluas 4 hektare dengan anggaran Rp45 miliar sampai dengan 50 miliar. “Tahun ini sedang menyelesaikan DED nya, di Jalan Baru di Kawasan Hutan Kota tersedia 4 hektare insya Allah akan dibangun gedung kreatif center. Total anggarannya belum ketemu, karena kita sedang mendesain dulu fisiknya dengan beberapa kajian. Perkiraan sementara sekitar 45 sampai 50 miliar,” tambahnya.
Sementara itu, Hany Fiona Citra Dewi (19), peserta kategori tunggal menyampaikan telah menekuni bidang tari tradisional sejak kelas 4 SD. “Sejak kelas 4 SD, jujur deg-deg an karena persaingan ketat dan ini ajang bergengsi. Untuk perlombaan kurasi belum pernah tapi untuk lomba Ketuk Tilu sudah pernah. Saya mendaftar sendiri mewakili Azalea Art. Saya mengikuti kategori tunggal. Saya dadakan baru dikasih tahu oleh pelatih itu dua hari yang lalu dan baru kemarin latihan semua gerakan. Saya ingin menaikan nama sanggar, untuk prestasi diri sendiri,” tutupnya. (nad)
UNJUK KEMAMPUAN: Salah seorang peserta menunjukan kemampuan menari tradisional saat kurasi seni pertunjukan. Ada 18 sanggar dengan 85 peserta mengikuti kegiatan ini.