HEADLINE

Makam di Rengasdengklok Dibongkar

BONGKAR LAGI: Makam Mita dibongkar untuk kepentingan otopsi. Penyebab kematiannya hingga saat ini masih simpang siur, sehingga diperlukan otopsi.

RENGASDENGKLOK, RAKA – Makam Mita (14), warga Dusun Bojongkarya II, RT 009/002, Desa Rengasdengklok Selatan Kecamatan Rengasdengklok terpaksa dibongkar guna diotopsi.

Mita ditemukan meninggal dengan leher tergantung kain di kusen pintu kamarnya pada Selasa (19/11) lalu. Tindakan pembongkaran makam berdasarkan permintaan keluarga untuk mengetahui penyebab kematian Mita yang masih simpang siur.

Elim Halimi, saudara korban mengatakan, tindakan otopsi jenazah Mita sepenuhnya atas keinginan ibu korban, karena kuat dugaan meninggalnya korban bukan karena gantung diri, sebab tidak ada tanda-tanda pada umumnya yang mengarah pada gantung diri, seperti lidah menjulur, kaki menggantung dan keluar kotoran. “Pokoknya posisi korban itu tidak seperti yang gantung diri, waktu itu saya gak berani megang karena khawatir, ” jelasnya, kepada Radar Karawang, Kamis (28/11).

Sementara, Toto, ayah korban orang yang pertama kali menemukan Mita dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dia tidak menyangka bahwa anak gadisnya itu meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Padahal sebelum kejadian ada seorang pria yang mendatangi anaknya. “Awalnya saya mau pergi terus ada yang main pacarnya, sekitar jam tujuh (malam). Habis itu saya salaman dulu sama pacarnya, setelah saya pulang setengah sembilan sudah ngegantung,” ucapnya.

Menurut Toto, ada kejanggalan terkait kematian anaknya. Soalnya, kaki korban menyentuh tanah dan tubuh korban juga menyandar di kusen pintu. “Kakinya napak, badannya nyender (dipintu), pacarnya sudah gak ada,” imbuhnya.

Meski Mita sudah dikubur, Selasa (19/11) lalu, namun rasa penasaran penyebab kematiannya tersebut selalu menghampiri pihak keluarga, terutama ibu kandung korban yang tidak menyaksikan prosesi pemakaman anaknya itu.

Opi (32), ibu kandung korban mengaku baru mengetahui anaknya meninggal dunia dengan tidak wajar itu dari neneknya dan sosial media, ditambah simpang siur kabar atas penyebab kematiannya. “Alasan utamanya banyak simpang siurnya (kabar) matinya itu, katanya hamil, udah gila. Daripada (mendengar) omongan orang mending diotopsi saja,” katanya di tengah saat penggalian makam Mita. Langkah selanjutnya setelah otopsi, lanjutnya, jika ditemukan tindak pidana, Opi menyerahkan semua perkara kepada kuasa hukumnya.

Sekertaris DPC Peradi Kabupaten Karawang Indra Sutrisno mengatakan, pihaknya diminta bantuan oleh Karang Taruna Rengasdengklok Selatan untuk mendampingi korban dugaan bunuh diri, karena masih ada kejanggalan dan masih menjadi perbincangan di masyarakat atas kematian Mita. “Kami dari kuasa hukum akan menindaklanjut kalau misalkan disini ada tindak pidana, kita akan melakukan upaya untuk selanjutnya,” pungkasnya. Sementara Inafis polres Karawang belum bisa dimintai keterangan. begitu pun dengan tim Forensik, hingga berita ini ditulis. (mra)

Related Articles

Back to top button