HEADLINE
Trending

Sah! Aep-Maslani Pemenang Pilkada Karawang

RadarKarawang.id – Pasangan Aep-Maslani sah jadi pemenang pilkada Karawang. Namun, tingkat kehadiran masyarakat di pilkada di Karawang dinilai rendah,

dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) 1.801.870, hanya 1.252.848 yang datang ke tempat pemilihan suara (TPS). Artinya, ada sekitar 549.022 pemilih yang tidak datang ke TPS alias golput.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelesaikan proses rekapitulasi suara tingkat kabupaten, Rabu (4/12).

Hasilnya, Aep Syaepuloh-Maslani ditetapkan sebagai pemenang Pemilihan Bupati (Pilbup) Karawang dengan raihan 669.674 suara mengalahkan Acep Jamhuri-Gina Fadlia Swara yang meraih 541.318.

Dari hasil rekapitulasi tersebut, tidak hanya pemenang pilbup saja yang terungkap, tapi juga tingkat kehadiran masyarakat di TPS. Dari DPT 1.801.870, hanya 1.252.848 yang datang ke TPS, sekitar 549.022. pemilih memilih golput.

“Rincian perolehan sura pasangan calon nomor urut 01 atas nama Acep Jamhuri dan Gina Fadlia Swara sebanyak 541.318, untuk pasangan calon nomor urut 02 sebanyak 669.674.

Jumlah suara sah 1.210.992, suara tidak sah 41.856, suara sah dan tidak sah 1.252.848,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Karawang, Mari Fitriana, usai rekapitulasi suara, Rabu (4/12).


Mari mengakui, saksi paslon 01 tidak menandatangani berkas hasil rekapitulasi tingkat kabupaten, namun hal tersebut tidak mempengaruhi hasil dari penghitungan suara di TPS.

“Untuk penetapan bupati dan wakil bupati Karawang terpilih masih menunggu instruksi dari KPU RI karena harus dipastikan adanya gugatan atau tidak di MK.

Ada keberatan dari saksi 01, sebagai tanda bukti bahwa tim dari 01 tidak menandatangi C hasil perolehan suara tetapi mereka menyampaikan D keberatan saksi,” terangnya.

Baca juga: Hasil Pilkada Bisa Digugat ke Mahkamah Konstitusi


Sawal Silalahi, saksi dari Paslon 01 menyatakan keberatan dengan hasil yang telah dirumuskan dan ditetapkan ketika proses rekapitulasi di tingkat kabupaten.

“Oleh karena itu kami dari tim paslon 01 merasa keberatan dan akan kami tuangkan dalam kejadian khusus dan kami meminta formulir kejadian khusus dari KPU,” ungkapnya.


Saksi paslon 01 lainnya Ujang Nurali belum bisa membeberkan langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh tim paslon 01 usai rekapitulasi ini.

Ujang menyerahkan sepenuhnya kepada tim pemenangan. “Tidak bisa berkomentar di media karena kami hanya bertugas saja, jika ingin meminta statement lebih baik ke ketua tim pemenangan,” singkatnya.

Angka Golput Tinggi


Terpisah, Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adjie Alfaraby mengungkap penyebab angka golput mengalami kenaikan pada Pilkada 2024 di 7 provinsi.

Adjie mengungkap penyebab angka golput mengalami karena beberapa faktor. Pertama karena jarak Pemilu 2024 dan Pilkada 2024 berdekatan, sehingga membuat daya tarik masyarakat menurun dan kelelahan.

“Pertama, kelelahan pemilu. Perhatian dan energi sudah terkuras dalam pilpres dan Pileg 2024. Pertarungan pilkada menjadi kurang daya tariknya,” kata Adjie, Rabu (4/12).


Faktor kedua, kandidat yang bertarung dianggap kurang pesonanya. Terutama terjadi di Jakarta dan Sumatera Utara.

“Kandidat yang lebih favorit di daerah itu seperti Anies Baswedan dan Ahok di Jakarta terlambat maju secara politik untuk maju,” ucap Adjie.

Tonton Juga: Gunung Bongkok Tantang Pendaki Pemula


Faktor ketiga penyebab tingginya golput dalam pilkada yakni, masyarakat semakin tidak yakin seberapa besar kepala daerah bisa mengubah hidup mereka.


Menurut Adjie, rakyat semakin yakin keputusan penting yang berdampak dalam hidup mereka lebih ditentukan oleh pemerintah pusat.

“Karena banyak sekali sekarang program pemerintah pusat yang populis yang menyentuh masyarakat bawah,” ucap Adjie.


Faktor terakhir karena bertambahnya apatisme politik. Hal ini terjadi karena ada polarisasi politik, korupsi dan gaya hidup mewah para pejabat negara.


“Isu polarisasi politik, korupsi di pemerintahan, kemewahan hidup sebagian pejabat negara, membuat apatisme politik meninggi,” ujar Adjie.


Adjie juga mengungkap data golput yang mengalami kenaikan pada Pilkada 2024 di 7 provinsi. Rata-rata angka golput dari total 7 provinsi mencapai 37,63 persen.

“Data quick count kita menunjukkan bahwa rata-rata angka golput di 7 provinsi ini 37,63 persen,” kata Adjie.


Angka golput Jakarta pada pilgub sebelumnya ialah 20,5 persen. Sedangkan di tahun 2024 naik jauh mencapai 46,91 persen.


Kemudian, lanjut Adjie, angka golput di Banten pada pilgub sebelumnya naik sedikit dari 36,1

persen, kini menjadi 37,78 pada Pilgub 2024.


Untuk Jawa Barat juga naik signifikan dari 29,7 persen di pilgub sebelumnya, menjadi 36,98 persen di Pilgub 2024.

Sedangkan untuk Jawa Tengah turun sedikit dari pilgub sebelumnya 32,36, menjadi 29,48 persen pada Pilgub 2024.

Berikutnya, angka golput di Jawa Timur pada pilgub sebelumnya naik dari 33,08 persen persen,

kini menjadi 34,68 pada Pilgub 2024.

Di Sumatera Utara pada pilgub sebelumnya 38,22 persen. Pada tahun 2024 naik signifikan menjadi 46,41 persen.

Sementara itu, angka golput di Provinsi Sulawesi Selatan pada pilgub sebelumnya 29,84 persen, kini di Pilgub 2024 menjadi 31,14 persen. (nad/jpg)

Related Articles

Back to top button