PURWAKARTA, RAKA – Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) merupakan fasilitas yang dibuat untuk mengelola sampah secara terintegrasi, dengan tujuan mengurangi jumlah sampah yang diterima di tempat pemrosesan akhir (TPA) dan memaksimalkan proses daur ulang.
Di Purwakarta, terdapat banyak TPS3R yang telah didirikan, namun hanya beberapa yang masih aktif beroperasi.
Hal itu tidak lepas dari adanya berbagai kendala seperti terbatasnya fasilitas, sumber daya manusia, serta masalah pendanaan.
Berdasarkan data Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) Kabupaten Purwakarta terdapat sekitar 13 TPS3R yang telah berdiri di Kabupaten Purwakarta dari tahun 2020 akhir.
Adapun dari 13 TPS3R tersebut yang masih melakukan aktifitasnya hanya empat TPS3R, diantaranya di Kelurahan Nagrikaler, Nagritengah, Cisereuh dan di Desa Cianting.
“Yang masih ada aktifitas itu hanya melayani beberapa puluh KK saja dalam satu wilayah, padahal minimalnya mereka harus melayani hingga 400 KK dalam sebulan, terkecuali TPS3R Kelurahan Ciseureuh melayani satu RW, itupun masih jauh dari fungsi TPS3R karena masih kumpul angkut buang dan fungsi 3R Reuse, Reduce dan Recyclenya belum berjalan,” jelas Ketua ASOBSI Purwakarta, Suripto pada Senin (2/12).
Pria yang merupakan pembina Forum TPS3R Kabupaten Purwakarta itu juga menyebut, salah satu penyebab utama tidak beroperasinya TPS3R adalah minimnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah.
Meskipun TPS3R dibangun dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke TPA, karena keterbatasan dana menyebabkan banyak pengelola TPS3R tidak dapat menjalankan fungsinya secara maksimal.
“Pengelolaan yang baik memerlukan biaya operasional yang cukup, mulai dari pengadaan fasilitas hingga pendapatan untuk pengelolaan itu sendiri agar menjadi satu penghidupan bagi pengelola,” ujarnya.
Selain masalah anggaran, lanjut dia, kurangnya sosialisasi kepada masyarakat juga menjadi faktor penghambat. Sebab, tanpa dukungan aktif dari masyarakat, pengoperasian TPS3R menjadi tidak efektif.
“Banyak warga yang belum sepenuhnya memahami pentingnya program pengelolaan sampah ini,” ujar Suripto.
Suripto mengungkapkan, dari sisi peralatan, banyak TPS3R yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Misalnya, ketersediaan alat untuk memisahkan sampah organik dan nonorganik yang sangat penting untuk memastikan pemrosesan yang tepat.
“Tanpa alat yang memadai, proses pemilahan dan pengolahan sampah menjadi sulit dilakukan, sehingga mengurangi efektifitas TPS3R,” ungkapnya.
Baca Juga : HUT Korpri Ajang Silaturahmi ke Pensiunan PNS
Suripto menilai, dampak dari tidak berjalannya TPS3R ini sangat merugikan. Sebab, volume sampah di Kabupaten Purwakarta terus meningkat, sementara TPA sudah mulai penuh.
Hal itu dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, udara dan gangguan kesehatan masyarakat. Serta akan menjadi Bom waktu jika sampah tidak dikelola dengan baik.
“Karena itu, penanganan masalah ini perlu dilakukan secepatnya untuk mencegah dampak yang lebih serius,” ucapnya.
Suripto berharap, Pemerintah Kabupaten Purwakarta dapat segera mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Penyusunan anggaran yang tepat untuk mendukung operasional TPS3R, peningkatan sosialisasi kepada masyarakat, serta pelatihan bagi petugas pengelola adalah langkah-langkah yang perlu diambil,” pungkasnya. (yat)