HEADLINE

Setahun Setelah Tumpahan Minyak

MERAJUT JARING: Nelayan di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, sedang memperbaiki jaring di atas perahu, kemarin. Hasil tangkapan mereka terus merosot sejak peristiwa tumpahan minyak Pertamina.

Hasil Tangkapan Nelayan Terus Merosot

CIBUAYA, RAKA – Sudah setahun berlalu sejak sumur Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) bocor dan tumpahan minyak mencemari perairan dan sepanjang pantai Karawang, nelayan di pesisir pantai Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, masih merasakan dampak kebocoran minyak tersebut.

Tarji (60) nelayan rajungan, warga Cemarajaya mengatakan, sejak tumpahan minyak mencemari pantai Karawang, hasil tangkapan belum normal. “Dampaknya masih terasa ampai sekarang, paling bawa uang Rp50 ribu sampai Rp70 ribu,” jelasnya kepada Radar Karawang, Senin (24/8).
Nelayan lainnya,

Swardi (30) mengaku setiap hari hasil tangkapan rajungan pasca kebocoran Pertamima tidak jauh dari enam kilogram. Ditambah setelah ada limbah, harga jual rajungan pun ikut turun drastis dari semula Rp75 ribu sampai Rp80 ribu per kilogram, sekarang hanya Rp30 ribu.
“Satu perahu paling dapat enam kilo, satu perahunya tiga orang, sekarang harga rajungan lagi turun gara-gara limbah,” katanya.

Tak hanya rajungan, setelah ekosistem pantai Karawang dicemari limbah, harga jual udang pun ikut turun. Semula harga Rp90 ribu sampai Rp100 ribu per kilogram. Sekarang hanya Rp70 ribu. Khairul (55) ABK nelayan udang warga Dusun Cemarajaya II mengatakan, setiap hari dia hanya mendapat 1 kilogram sampai kilogram udang, itupun belum dibagi dengan ABK lainnya.
“Sejak ada tar (limbah) saja bawa uang ke rumah paling Rp30 ribu, sebelumnya bisa bawa pulang Rp100 ribu,” pungkasnya.

Direktur Pengembangan dan Produksi PT PHE Taufik Adityawarman mengatakan, total sudah ada 15.000 warga pesisir yang sudah terverifikasi oleh tim dari IPB, Kejaksaan Agung dan BPKP. Target realisasi pembayarannya pada awal September 2020. Namun di Karawang masih ada 3.500 warga yang harus diverifikasi oleh pokja lintas fungsi di kabupaten setempat. “Harapannya, September bisa realisasi tahap final,” ujarnya. (mra/kp)

Related Articles

Back to top button