Teh Purwakarta Banyak Dicari
PURWAKARTA, RAKA – Semua jenis teh berasal dari bahan baku atau pohon yang sama. Baik teh putih, teh hijau, teh olong, hingga teh hitam. Yang membedakan adalah tingkatan daun yang dipetik maupun proses pengolahannya.
Petani Milenial asal Munjuljaya Purwakarta, Ichwansyah Wiradimadja (28) mengatakan, dirinya mendapatkan pelatihan dan pendampingan metode pertanian yang lebih efektif dan efesien, jejaring, hingga pemasaran.
Ichwan menjelaskan, sejak lulus kuliah dirinya dapat amanah mengurus kebun teh milik keluarga. Lokasinya di Kampung Legokbarong, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes.
Dari luas total 16 hektare, Ichwan mendapat tanggung jawab empat hektare. “Kebun teh ini turun temurun dari kakek saya. Selain saya, ada kakak sepupu saya yang juga mengelolanya,” ujar Ichwan.
Selain kebun teh, ada pabrik pengolahan teh yang dikelola kakak sepupunya itu. “Pabriknya bernama Jaya Makmur. Kami mengolah daun teh hingga kadar airnya berkurang 60 persen,” ucapnya.
Teh yang sudah diolah itu kemudian dipasok ke produsen teh besar sebagai bahan campuran teh celup. “Teh khas Purwakarta itu banyak dicari karena unggul di rasanya yang sepet (kesat),” kata Ichwan.
Dia pun menjelaskan, proses panen teh sejatinya dilakukan sepekan sekali. Namun diatur secara bergiliran. Misalnya, hari ini yang di blok A dan bisa dipanen kembali pekan depan. Besoknya yang di blok B yang dipanen, besoknya lagi di blok C, begitu seterusnya hingga kembali ke giliran blok A.
“Jadi panennya dilakukan setiap hari. Adapun dalam sehari produksinya dua ton. Diolah setengah kering di pabrik hingga kadar air berkurang 60 persen. Kalau musim kemarau ini lebih cepat prosesnya,” ujarnya.
Teh yang ditanam di kebunnya itu berjenis klon TRI. Petani pemetik teh ada 30 orang. “Dengan mengikuti Program Petani Milenial ini, mulai ada permintaan teh putih yang nilai ekonomisnya sangat tinggi,” imbuhnya.
Karenanya, Ichwan pun mulai memproduksi teh putih dan sudah berjalan setahun terakhir. “Dari satu pohon itu paling hanya ada beberapa helai saja teh putih, yang daunnya masih kuncup. Dipetiknya pun tak bisa sembarang waktu. Ada jam khususnya,” jelasnya.
Ke depan, Ichwan berencana membuka koperasi. Niat baik ini pun tercetus dari sesama petani milenial lainnya yang telah sukses membentuk koperasi. “Mudah-mudahan program ini bisa terus berlanjut,” ujarnya. (gan)