Tuntut Mantan Kaprodi Dikeluarkan, Mahasiswa Unsika Duduki Gedung Opon
KARAWANG, RAKA – Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang melakukan aksi unjukrasa di depan Gedung Opon, Senin (1/8). Mereka meminta rektorat menindak tetas mantan kepala program studi (Kaprodi) Teknik Kimia yang diduga telah melakukan pemungutan liar kepada mahasiswa. Selain itu, meminta janji yang telah diberikan perihal penyediaan gedung dan fasilitas layak.
Marshall Dhiya Ulhaq Sulaeman, koordinator aksi memaparkan bahwa mahasiswa dipaksa untuk melakukan pembelian jahe merah dalam kemasan. Bagi mahasiswa yang tidak membeli diancam memperoleh nilai jelek. “Instruksi kaprodi, wajib beli dua botol. Ada ancaman nilai bila menolak beli jahe merah. Kalau tidak bisa beli, mahasiswa diminta menemui kaprodi. Sudah banyak contohnya. Bahkan teman-teman Prodi (himpunan) banyak yang keluar karena terkena mental dan tekanan,” ujarnya
Seluruh mahasiswa Teknik Kimia, lanjutnya, mendapat ancaman agar tidak melakukan sosialisasi dengan jurusan teknik yang lain. Kasus tersebut telah diketahui lama oleh pihak rektorat, namun rektorat hingga saat ini belum memberikan tindakan apapun kepada yang bersangkutan. “Kebebasan suara mahasiswa dibungkam, kebebasan ekspresi dibatasi, tidak boleh bersosialisasi dengan teman-teman Teknik yang lain. Dari pihak rektorat, (Kaprodi) diproses lewat Majelis Kode Etik, hasilnya beliau diturunkan dari (jabatan) Kaprodi,” paparnya.
Saat ini, tambah Marshall, mantan kaprodi telah dinaikkan jabatan di posisi Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM). Seluruh demonstran menginginkan agar oknum tersebut dikeluarkan dari universitas. “Beliau saat ini justru naik jabatan di LPPM. Menurut saya, lebih tinggi (jabatan) LPPM karena di bawah rektorat langsung, kalau kaprodi bawahannya dekanat. Tuntutan utama kami, kami mau beliau ini dikeluarkan dari Unsika,” tambahnya.
Ia bersama anggota unjuk rasa yang lain meminta agar segera diberikan gedung yang layak untuk menjalankan aktivitas perkuliahan. Pihak universitas telah memberikan janji sejak adanya perubahan status gedung. Sebelum adanya pandemi mahasiswa teknik melakukan aktivitas perkuliahan di Gedung Opon. “Pihak rektorat menjanjikan kami di FT, fasilitas terpenuhi di bulan Juni 2022. Tapi sekarang di Agustus belum terpenuhi. Alat-alat praktikum belum terbeli, laboratorium belum jadi, ruang pembelajaran mahasiswa masih bingung mau belajar di mana. FT tidak punya gedung kuliah. Kami bingung kuliah di mana,” pungkasnya.
Para demonstran sempat ditemui oleh jajaran dekan, wakil dekan, dan Kaprodi FT Unsika. Namun mahasiswa tetap bertahan sampai Rektor Unsika datang menemui mereka dan mengabulkan tuntutan. “Kami akan tetap di sini sampai rektor ingin menemui dan mengabulkan permintaan yang telah disampaikan. Tidak dengan melalui perwakilan seperti sekarang,” pungkasnya. (nad)