
KARAWANG,RAKA– Kasus dugaan pencabulan yang dilakukan ustad berinisial KA, pimpinan pondok pesantren di Kecamatan Majalaya terhadap enam santriwati mulai disidangkan.
Puluhan warga berserta aparat Desa Bengle, Kecamatan Majalaya datang untuk memberikan dukungan pada korban. Mereka meminta agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
Sidang pertama digelar, Senin (24/2) dengan menghadirkan pelaku. Sidang ini dihadiri puluhan warga dan aparat Desa Bengle.
Pada saat jelang persidangan dimulai, suasana di Pengadilan Negeri Karawang dipenuhi oleh perangkat desa dan warga yang datang untuk memberikan dukungan bagi korban.
Suasana mulai memanas saat pelaku pencabulan keluar dari ruang tahanan, mereka terlihat langsung berdiri, dan meneriakkan tuntutan agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
“Kami ingin keadilan ditegakkan! Pelaku harus dihukum setimpal dengan perbuatannya,” teriak salah satu warga yang hadir di Pengadilan Negeri Karawang.
Kaur Kesra Desa Bengle, Karna, menyatakan bahwa sejak awal, pemerintah desa bersama orang tua berharap ponpes tersebut sebagai tempat pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
Apalagi, santriwati yang belajar di sana adalah anak yatim dan piatu yang mendapat bantuan rutin dari dana desa.
“Setiap bulannya, kami menyalurkan bantuan sebesar Rp300 ribu per anak untuk kebutuhan makan dan lainnya. Bantuan ini sudah berjalan selama tiga tahun sejak mereka masuk sekolah menengah,” ungkap Karna.
Namun, harapan besar itu justru berujung kekecewaan mendalam setelah terungkapnya kasus pencabulan yang dilakukan oleh pemilik ponpes.
Karna menegaskan bahwa peristiwa ini membuat pemerintah desa dan masyarakat sangat prihatin, marah, dan kecewa.
“Kami berharap aparat penegak hukum, khususnya jaksa dan hakim, memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku. Kami tahu, bukan hanya tiga atau empat anak yang menjadi korban dalam kasus ini,” tambahnya.
Tiga korban asal Desa Bengle terus mendapatkan pendampingan dari pemerintah desa dan pihak terkait agar kondisi psikisnya membaik.
Pemerintah desa memastikan bahwa mereka tetap mendapat dukungan moral dan psikologis agar bisa melanjutkan pendidikan dengan baik.
“Kami berusaha memberikan motivasi dan pelayanan terbaik bagi korban. Insya Allah, mereka akan melanjutkan sekolahnya.
Pemerintah Desa Bengle dan Kecamatan Majalaya akan terus mengawal kasus ini dan tidak akan melepas begitu saja,” tegas Karna. (cr1)