Ziarah ke Makam Eyang Gandasoli Plered
MAKAM KERAMAT: Eyang Gandasoli Plered yang sering diziarahi masyarakat.
Dilarang Pakai Busana Ketat, Dilarang Merusak Pohon
PURWAKARTA, RAKA – Masyarakat yang berencana melakukan ziarah ke makam sesepuh mesti paham tata cara berziarah. Sebab, tak sedikit mitos dan larangan yang harus diketahui oleh masyarakat.
Tidak terkecuali makam Eyang Dalem Gandasoli. Makam yang berlokasi di Desa Mekarsari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta ini juga memiliki beberapa larangan yang perlu diketahui.
Seperti diungkapkan Dede (30), salah seorang warga sekitar makam. Ia mengatakan, jika masyarakat ingin berziarah haruslah mengetahui aturan yang telah diberlakukan. “Peziarah wajib menjaga sikap, berpakaian sopan dan menjaga kebersihan di area sekitar makam. Perempuan tidak boleh mengenakan pakaian ketat,” terang Dede.
Larangan lainnya, para pengunjung yang datang diminta untuk tidak boleh merusak alam sekitar area makam, seperti tidak boleh mencabut atau memotong ranting sembarangan. “Pasti ada efeknya bagi yang melakukan karena sudah banyak terjadi ketika pejiarah memotong ranting akan mengalami gatal-gatal,” ujarnya.
Selain itu, bagi peziarah yang datang, harus lah benar-benar memiliki niat tulus mendoakan ahli kubur. “Kalau ada niatan lain yang sifatnya negatif lebih baik jangan berziarah ke sini,” lanjutnya.
Peralatan dan baju Eyang Dalem Gandasoli sampai saat ini masih ada dan diamankan oleh warga sekitar. Sedangkan untuk makamnya, mulai ramai dikunjungi para peziarah sejak 2007 sampai sekarang.
Juru kunci makam Eyang Dalem Gandasoli, Umar Sidik mengatakan, semasa hidupnya Eyang Dalem Gandasoli merupakan penyebar agama Islam di daerah Purwakarta yang singgah di wilayah tersebut.
Maka tak heran jika banyak masyarakat menyempatkan untuk berziarah ke sini. “Peninggalannya ada tasbih, jubah (pakaian), kitab dan lainnya. Peninggalannya itu disimpan nenek saya di Kampung Cipeucang, Gandasoli, Plered,” katanya.
Menurutnya, benda peninggalan Eyang Gandasoli tidak sembarang waktu bisa dibuka, akan tetapi ada waktu-waktu tertentu seperti bulan Maulid atau Rabiul Awal. “Kalau mau lihat peninggalannya ada, tapi harus bulan itu,” kata Umar Sidik.
Ditanya datang dan meninggalnya kapan, ia mengaku tidak mengetahui secara detil, yang pasti Eyang Gandasoli berasal dari arah timur. Dia datang tidak hanya sendiri akan tetapi bersama dengan Eyang Balung Tunggal dan lainnya. “Jadi di sini tidak hanya Makam Eyang Gandasoli saja, akan tetapi ada juga Eyang Balung Tunggal, Eyang
Jahroni, Embah Camat dan lainnya,” jelasnya.
Setiap harinya, makam Eyang Gandasoli tak pernah surut dari peziarah. Biasanya mereka datang pada malam sore hingga malam hari. Peziarah yang datang tidak didominasi selain warga lokal saja, namun masyarakat dari luar kota, seperti Jakarta, Karawang, Banten dan kota-kota lainya yang biasa menapak tilas sejarah dari para makam leluhur. (gan)