Hidup Bergantung pada Pariwisata

MANGKAL : Tukang ojek saat mangkal menunggu pengunjung datang.
TEGALWARU, RAKA – Sebagian besar kehidupan warga Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru bergantung pada pariwisata. Hal ini tak lepas dari adanya beberapa titik objek wisata di Desa Mekarbuana seperti Curug Cugeuntis, Curug Bandung, Curung Peteuy, dan Curung Cilele.
“Mereka ada tukang ojek, parkiran, warung, ketergantungan masyarakat terhadap ini (objek wisata) saya bilang tinggi,” terang Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) Pangkalan, Muhammad Arif Purbiantoro, selaku pengelola objek wisata Curug Cigeuntis, Minggu (16/8).
Edi (28), warga setempat mengaku sudah cukup lama menjadi tukang ojek di objek wisata Curug Cigeuntis. Tak hanya dirinya, Edi mengatakan ada sekitar 200 tukang ojek yang mencari nafkah dari mengangkut penumpang yang notabene adalah para wisatawan. “Semotor tarifnya Rp15.000, tapi tergantung sih, kalau yang naiknya dari parkiran pertama tarifnya Rp20.000,” tuturnya.
Pada akhir pekan, pendapatan mereka dari mengojek dalam sehari bisa mencapai Rp200.000, itupun jika wisatawan tengah ramai yang biasanya di akhir pekan.
Pendapatan dengan jumlah sekian cukup tinggi bagi mereka, hanya saja memang tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan hidup sebab pada hari-hari biasa di luar akhir pekan wisatawan cenderung sepi.
Maka berkebun adalah pekerjaan lain yang dapat mereka lakukan saat tidak bisa mengojek, termasuk saat objek wisata beberapa waktu lalau sempat ditutup selama beberapa bulan akibat corona.
Potensi ekonomi lainnya di Desa Mekarbuana adalah membuka warung di objek wisata, seperti halnya yang dilakukan oleh Maria (24) yang berjualan di dalam lokasi objek wisata Curug Cigeuntis bersama sang suami.
Sehari-hari Maria bertugas menjaga warung sedangkan sang suami belanja kebutuhan barang dagangan. “Bukanya hari Sabtu sama Minggu, kalau hari biasa jarang buka,” ujarnya.
Untuk dapat berdagang di objek wisata tersebut ia menempati sebuah lapak yang disewa seharga Rp120.000 per bulan. Menurutnya, harga sewa yang ditetapkan oleh pengelola wisata cukup murah, bahkan akan lebih murah lagi untuk lapak yang lebih dekat dengan pintu masuk ketimbang lapaknya yang dekat dengan lokasi wisata.
Pendapatannya pada hari Sabtu berkisar Rp300.000, adapun pada hari Minggu ia bisa meraup omzet hingga Rp800.000. “Ya gitu, ngambil tabungan sendiri, alhamdulillah sekarang sudah bisa buka lagi,” jawabnya saat ditanya pemenuhan hidup saat wisata ditutup akibat corona. (din)