HEADLINEKARAWANG

Hidup Miskin di Kota Pangkal Perjuangan

BERHARAP BANTUAN PEMERINTAH: Isah (kiri) dan anaknya, Solihin (kanan) di depan rumah berdinding triplek di Dusun Krajan RT 02/02 Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru.

Rumah Isah tak Layak, Luput Bantuan

KOTABARU, RAKA – Hidup di Kabupaten Karawang yang dikenal sebagai daerah industri dan pertanian, ternyata tidak seindah kenyataannya. Banyak warga miskin yang harus menjalani kehidupan dengan susah payah. Kerja serabutan, berpenghasilan rendah. Isah (70) misalnya. Warga Dusun Krajan RT 02/02 Desa Wancimekar, Kecamatan Kotabaru, itu hidupnya mengkhawatirkan. Rumahnya tidak layak. Kehidupan anak-anaknya tidak lebih baik darinya. Isah berharap pemerintah bisa memperbaiki rumahnya melalui program perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu).

Saat ditemui dikediamannya, Isah mengatakan, beberapa waktu lalu suaminya telah meninggal karena usianya yang sudah tua. Meski rumahnya dekat dengan tempat tinggal anak-anaknya, dia hanya tinggal seorang diri. “Sebelumnya bareng anak saya, tapi sekarang udah pisah,” ucapnya saat berbincang dengan Radar Karawang, Senin (4/10).Ia menambahkan, selain hidup sendiri, tempat tinggalnya sudah tidak layak huni, karena mengalami kerusakan pada bagian dinding yang terbuat dari asbes, serta alas atau lantai yang sudah berlubang. “Soalnya engga ada buat benerinnya. Jangankan memperbaiki rumah, untuk makan saya cuma seadanya,” tambahnya.

Ia membeberkan, beberapa tahun lalu saja para pemuda setempat sempat mengajukan kepada pemerintah desa, agar rumahnya bisa masuk program rutilahu. Namun sampai saat ini belum ada satu petugaspun yang memeriksa kondisi rumahnya. Dia berharap, pemerintah desa bisa melihat kondisi rumahnya yang sudah mulai rapuh pada bagian luar dan dalam itu. “Mudah-mudahan bisa seperti orang lain yang nendapatkan bantuan perbaikan rumah,” bebernya.

Hal serupa disampaikan oleh Solihin, anak kandung Isah, beberapa waktu lalu istrinya telah meninggal kareka sakit. Sehingga dia harus menghidupi enam anaknya yang masih berusia di bawah 15 tahun. Bahkan anak keduanya tidak melanjutkan sekolah karena terkendala biaya. “Yang namanya sulit tidak bisa dirasakan orang lain, apalagi saya cuma pekerja serabutan kadang ada kerjaan, kadang tidak ada sama sekali pekerjaan,” ungkapnya.

Masih dikatakannya, sudah dua tahun ini ia tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, meski beberapa tahun lalu dia sempat masuk sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH). “Tapi sudah dicabut dan sudah dua tahun ini tidak dapat bantuan lagi. Mudah-mudahan kedepannya dapat lagi, karena saya banyak anak yang harus saya hidupi,” katanya.
Kepala Desa Wancimekar Dimyat Sudrajat mengungkapkan, Isah sudah masuk sebagai calon penerima rutilahu, namun karena banyaknya pengajuan rutilahu yang membuat sampai saat ini perbaikan rumah Isah belum dilakukan perbaikan, apalagi tahun lalu program rutilahu sempat tertunda karena pandemi. “Sejauh ini sudah 20 orang yang antre untuk rutilahu,” ungkapnya.

Masih dikatakannya, saat dilakukan pengecekan data, Solihin terdaftar sebagai penerima PKH. Menurutnya, penyebab terblokirnya Solihin dari data PKH karena mendaftarkan kembali data baru untuk bantuan lainnya, contohnya pada program UMKM dan sejenisnya. “Otomatis itu akan memblokir data kita dari penerima bansos sebelumnya. Cuma akan kita selidiki dan memastikan saudara Solihin ini bisa mendapatkan bantuan PKH lagi,” pungkasnya. (mal)

Related Articles

Back to top button